Sejarah Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Sejarah Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Sebuah negara pada dasarnya akan memiliki bahasa negaranya masing-masing. Penggunaan bahasa menjadi sangat penting  dalam kehidupan bernegara. Selain sebagai produk budaya yang digunakan untuk berkomunikasi, Bahasa sudah menjadi sebuah identitas diri bagi sebuah masyarakat. Penggunaan bahasa oleh orang biasa untuk berkomunikasi sehari-hari sampai dengan urusan diplomasi antar negara merupakan hal yang sangat penting untuk diatur penggunaannya. Hal tersebut diperlukan karena bahasa sendiri sebagai sebuah produk budaya memiliki aturannya masing-masing saat bahasa itu sendiri tercipta. Aturan dalam penggunaan bahasa terlebih untuk menghindari kesalahpahaman atau miskomunikasi. Kesalahpahaman dalam penggunaan bahasa menjadi sebuah hal penting untuk dihindari terlebih memang sebuah bahasa bisa memiliki konotasi tertentu akibat dari perspektif dalam bahasa itu sendiri.

Penyamaan perspektif dalam komunikasi menjadi hal penting. Selain mencegah terjadinya kesalahpahaman dalam penggunaan bahasa, penyamaan perspektif dilakukan untuk seseorang yang akan melakukan komunikasi mengenali situasi sehingga bahasa yang digunakan bisa beradapatasi dengan atmosfir yang coba diciptakan. Sebagai contoh adalah pada saat rapat kenegaraan atau pada saat konsolidasi lembaga kenegaraan. Pada saat seperti itu sudah pasti seseorang tidak akan menggunakan bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, biasanya bahasa yang digunakan akan lebih formal dan biasanya akan sangat terhormat. Hal ini tercipta karena memang bahasan yang akan disuguhkan dalam pertemuan tersebut sudah pasti bukan hal yang bisa diperbincangkan secara main-main apalagi sampai bercanda.

Baca juga : Penulisan Huruf Kapital dalam Ejaan Bahasa Indonesia

Situasi seperti ini tentunya akan mengarahkan orang-orang yang ada di dalam pertemuan tersebut kepada aturan penggunaan bahasa yang sopan dan sesuai dengan kaidah-kaidah ejaan yang baik dan benar. Kalau kita lihat penggunaan bahasa pasti akan berbeda pada saat pertemuan lainnya seperti pertemuan reuni sekolah. Walaupun atmosfir yagn digunakan sama-sama sebuah pertemuan, konteks pembicaraan pada saat reuni tidak sama saat pertemuan kenegaraan. Bahasan yang diangkat dalam sebuah reuni sekolah pasti akan lebih santai dan penuh dengan nostalgia sudah pasti penggunaan bahasa dalam acara ini tidak akan seketat aturannya seperti pertemuan kenegaraan. Perbedaan lain yang lebih besar lagi adalah pada saat bertemu dengan teman sehari-hari. Sudah pasti bahasa yang digunakan oleh seseorang yang bertemu dengan teman sehari-hari akan jauh lebih tidak formal jika dibandingkan dengan pertemuan kenegaraan. Sejarah Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Walaupun demikian, sebuah negara pasti memiliki aturan terhadap bahasa mereka sendiri. Sebut saja parlemen Australia atau Amerika yang sering kali dalam sebuah rapat banyak menggunakan kata-kata yang tidak mengenakan. Hal ini sering terjadi pada abad ke-19 pada saat parlemen memperdebatkan sebuah kebijakan yang akan keluar. Jadi tidak bisa secara hitam putih kita melihat bahwa forum kenegaraan akan selalu menggunakan tata bahasa yang baik dan benar karena penggunaan tata bahasa akan tergantung kepada atmosfir yang diciptakan dalam suatu tempat. Sebuah tata bahasa akhirnya akan membutuhkan sebuah aturan yang didalamnya mengatur ejaan di dalamnya. Aturan dalam ejaan diperlukan untuk mengkontruksi kata sampai dengan kalimat yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan bisa dipertanggungjawabkan dalam forum-forum penting yang dilakukan oleh pengguna bahasa tersebut. Pentingnya ejaan sudah pasti merupakan sebuah perkembangan bahasa kebangsaan yang didalamnya melibatkan banyak pihak dan waktu yang panjang dalam perumusannya. Ejaan harus dibuat se-baku dan seteratur mungkin agar penggunaanya dapat memiliki kaidah-kaidah yang mudah untuk diikuti. Sejarah Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Indonesia sebenarnya sudah lama menyadari tentang pentingnya bahasa kebangsaan seperti bahasa Indonesia bahkan ikrar yang diucapkan oleh pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 Bahasa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam penyusunan ejaan yang baik dan benar. Sebut saja sejak awal Abad ke-20 sudah ada beberapa usaha orang-orang Indonesia untuk menyusun Ejaan yang baik dan benar. Usaha tersebut tentunya tidak lepas dari pengawasan dan campur tangan pemerintah kolonial. Usaha yang dilakukan pada tahun 1901 ini kemudian membuat sebuah daftar Ejaan bahasa Indonesia pertama yang kita kenal dengan nama Edjaan Van Ophuijsen. Daftar Ejaan ini kemudian menjadi daftar ejaan yang menjadi dasar bagi perbaikan ejaan dalam bahasa Indonesia ke masa yang mendatang. Berbagai usaha Indonesia dalam menyempurnakan ejaan dalam bahasa tidak berhenti pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Pada masa revolusi sekalipun walaupun Indonesia dalam masa bahaya dan darurat perang, perjuangan Indonesia tidak pernah berhenti pada perjuangan fisik dan diplomasi saja. Berbagai perjuangan dilakukan oleh orang Indonesia juga dilakukan dalam bidang lain seperti Olahraga, Seni dan Bahasa. Perjuangan dibidang Bahasa salah satunya dilakukan oleh Soewandi. Soewandi sendiri adalah seorang yang pernah menjabat sebagai menteri kehakiman dan menteri pengajaran. Soewandi berjuang untuk menjunjung bahasa Indonesia dengan melakukan berbagai penyempurnaan dalam ejaan. Ejaan tersebut kemudian pada tanggal 17 Maret 1947 dikenal dengan sebutan Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi. Beberapa ejaan yang disempurnakan dalam ejaan ini adalah dengan mengubah tanda baca (‘) yang ada di dalam kosa kata yang menggunakan huruf k menjadi benar-benar menggunakan huruf k. Sebagai contoh adalah K dalam sebuah kata “Rakjat” sebelumnya tertulis “Ra’jat”. Perubahan lainnya terlihat pada huruf ‘oe’. Huruf ‘oe’ sebelum tahun 1947 menjadi huruf yang melambangkan huruf ‘u’.

Jadi buat kalian yang penasaran kapan sih sebenarnya huruf ‘oe’ berubah menjadi huruf u dalam ejaan bahasa Indonesia nah jawabannya itu ya tahun 1947. Huruf ‘oe’ muncul pada Edjaan Van Ophuijsen sebagai ejaan yang dibentuk dengan campur tangan pemerintah kolonial. Indonesia kemudian tidak berhenti menyempurnakan bahasanya dengan berhenti pada satu usaha pada masa revolusi. Usaha Indonesia dalam memperbaiki ejaan terus dilakukan untuk terus menciptakan kata-kata yang baku dan sesuai dengan kaidah. Usaha tersebut dilakukan sepuluh tahun kemudian dari masa revolusi dimasa yang relatif lebih aman setelah pergolakan panjang selama 10 tahun untuk menyelesaikan berbagai masalah keamanan. Tahun 1957 muncul sebuah Ejaan Pembaharuan sebagai sebuah daftar ejaan yang menyempurnakan ejaan dalam bahasa Indonesia. Sejarah Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Ejaan Pembaharuan ini adalah daftar ejaan yang dibentuk dalang kongres Bahasa Indonesia II dan diketuai oleh Prijono dan Elvianus Katopo. Prijono sendiri adalah mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Selama menjadi menteri Prijono membuat prestasi yang cukup baik dan membuat dunia Internasional mengapresiasinya. Dalam rangka perang dingin, Uni Soviet bahkan pernah memberikan penghargaan perdamaian Lenin atau dalam bahasa rusia tertulis Международная Ленинская премия «За укрепление мира между народами. Penghargaan perdamaian tersebut diberikan kepada tokoh-tokoh di negara berkembang sebagai cara bagi Uni Soviet menarik simpati negara dunia ketiga dalam rangka memenangkan perang dingin.

Walaupun terlihat seperti segala usaha di bidang bahasa tidak mengalami penolakan dalam perbaikan-perbaikan yang dilakukan tidak berarti semua usulan ejaan yang dibuat itu diterima atau di terapkan. Salah satu ejaan yang kemudian sistemnya tidak diterapkan adalah Ejaan Melindo. Ejaan tersebut memang belum ada alasan pasti yang diungkapkan oleh pemerintah mengaja ejaan tersebut tidak diterapkan namun yang pasti usul-usul yang ada di dalam ejaan Melindo di tahun 1959 ini kemudian dipakai kembali pada saat membahas tentang perbaikan ejaan pada tahun 1967. Pada tahun 1967 perubahan pada ejaan juga mulai diatur dengan sebuah kerjasama komunitas bahasa Melayu. Ikut serta dari komunitas bahasa Melayu dilakukan karena pada dasarnya bahasa Indonesia adalah bahasa rumpun Melayu. Ejaan yang dibuat pada tahun 1967 itu bernama Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Pembentukan ejaan ini dilakukan oleh gabungan panitia dari komunitas bahasa Melayu dan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan).

Ketua dari panitia pembentukan pada tahun itu adalah Anton Moeliono. Anton Moeliono sendiri adalah ahli bahasa Indonesia yang menjabat sebagai kepala pusat bahasa yang kemudian pada 1998 menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang pertama. Anton Moeliono juga seorang guru besar di Fakultas Sastra UI atau yang sekarang kita kenal dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Ejaan tersebut terus mengalami perkembangan setelah tahun itu contohnya pada tahun 1972 dengan diterbitkannya Ejaan yang Disempurnakan atau EYD. EYD disahkan oleh Presiden Soeharto pada 17 Agustus 1972 melalui surat keputusan No. 57. Perkembangan pada ejaan dalam bahasa Indonesia terus berkembanga sampai dengan ejaan yang kita kenal hari ini sebagai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau yang biasa disingkat sebagai PUEBI.

Walaupun dengan sejarah perkembangan ejaan yang panjang hingga hari ini, Bahasa Indonesia pada awalnya memiliki sejarah sendiri. Pada beberapa ratus tahun yang lalu, bahasa yang kita gunakan dan kenal sebagai bahasa Indonesia ini sudah ada namun tidak bernama bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia beberapa ratus tahun lalu dikenal sebagai bahasa Melayu Kuno. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa prasasti milik kerajaan Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa India. Terus gimana caranya bahasa Indonesia berkembang ke berebagai tempat yang ada di wilayah perairan Melayu khususnya wilayah yang kita kenal sebagai Indonesia sekarang? Jawabanya ada pada masa Hindu dan Abad ke-13 saat Islam masuk ke wilayah nusantara. Pada masa Hindu dan pada abad ke-13  saat Islam masuk dibarengi dengan masuknya para pedagang Melayu keluar daerah emporium yang biasanya digunakan berdagang. Menyebarnya para pedagang melayu ini kemudian membuat sebuah dampak yang signifikan terhadap bahasa Indonesia. Dalam perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Melayu ini mereka menggunakan bahasa Lingua Franca atau bahasa yang digunakan dalam perdagangan, pengajaran agama, serta hubungan negara dalam bidang ekonomi dan politik. Karena berkembang di daerah daerah pelabuhan maka hal ini cepat menyebar kepada masyarakat yang ada di wilayah nusantara.  Salah satu contoh pedagang asing yang menggunakan bahasa melayu adalah pedagang cina. Pedagang cina menggunakan bahasa melayu untuk kepentingan dagang di wilayah nusantara agar terlihat lebih dekat dengan penduduk sekitar. Bahasa yang berkembang di wilayah nusantara kemudian di buku kan dan dibuat kamusnya oleh salah satu penjelajah Belanda bernama Frederick de Houtman. Ia menerbitkan sebuah kamus bahasa diwilayah nusantara dengan judul Spraeck, ende woord-boek inde Maleysche ende Madagaskarsche Talen met vele Arabische ende Turesche Woorden pada tahun (1608). Nah begitulah kira-kira sejarah bagaimana perjalanan bahasa Indonesia dalam perspektif sejarah. Untuk mengetahui lebih banyak harus adanya pengetahuan yang lebih dalam bidang fonetik, filologi, dan morfologi dalam membahas sebuah bahasa.

Frederick A. B. – 

 

Photo by Patrick Tomasso on Unsplash

One thought on “Sejarah Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *