Apa yang Dimaksud dengan Gender dalam Tata Bahasa?

Apa yang Dimaksud dengan Gender dalam Tata Bahasa

Gender atau jenis kelamin terkadang menjadi momok dan permasalahan bagi beberapa orang dalam mempelajari suatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia sendiri atau pun dalam bahasa Inggris, konsep gender atau jenis kelamin tidak dikenal dalam tata bahasanya. Tidak heran, jika mempelajari bahasa dengan gender akan menjadi tantangan tersendiri bagi orang-orang tertentu. Lantas, apakah yang dimaksud dengan gender itu? Gender atau jenis kelamin dalam tata bahasa adalah suatu sistem mengenai pembagian kelas-kelas dalam kata benda yang dapat mempengaruhi kelas kata lain yang berhubungan dengannya, utamanya kelas kata sifat. Singkatnya, kehadiran gender akan membuat kelas-kelas kata lain harus ‘menyesuaikan’ diri dengan kata benda tersebut.

Baca juga : Apakah bahasa kita istimewa?

Sistem gender terdapat hampir pada seperempat jumlah keseluruhan bahasa di dunia, utamanya pada keluarga rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa-bahasa dalam rumpun Indo-Eropa yang mengenal sistem gender, antara lain: bahasa Perancis, bahasa Spanyol, bahasa Portugis, bahasa Rusia, bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa Italia, bahasa Polandia, bahasa Swedia, dan lain-lain. Bahasa Inggris meskipun termasuk ke dalam rumpun bahasa Indo-Eropa tidak mengenal sistem gender seperti bahasa-bahasa dalam rumpun bahasanya. Sebenarnya, bahasa Inggris Kuno (Old English) mengenal sistem gender. Namun dalam perkembangannya hingga menjadi bahasa Inggris Modern seperti saat ini, sistem gender menghilang dan hanya ada terbatas pada kata ganti saja (he/she/it). Dalam kasus tertentu, beberapa kata benda dalam bahasa Inggris dapat memiliki jenis kelamin, seperti kata ‘ship’ (kapal) yang seringkali disebut dengan kata ganti ‘she’.

Saat ini, bahasa-bahasa yang mengenal sistem gender memiliki perbedaan mengenai gender atau jenis kelamin apa saja yang ada pada bahasa tertentu. Terdapat bahasa dengan dua gender (maskulin dan feminin), tiga gender (maskulin, feminin, netral), atau dua gender (bergerak atau tidak bergerak). Bahasa-bahasa yang memiliki gender maskulin dan feminin banyak terdapat pada bahasa-bahasa Roman, seperti bahasa Perancis, bahasa Spanyol, bahasa Portugis dan bahasa Italia. Bahasa-bahasa Jermanik dan Slavik, seperti bahasa Jerman, bahasa Rusia, dan bahasa Polandia kebanyakan memiliki gender maskulin, feminin, dan netral. Sementara itu, terdapat beberapa bahasa yang memiliki dua gender dengan pembagian gender bergerak dan tidak bergerak, seperti pada bahasa Kurdi. Sebenarnya pembagian gender bergerak dan tidak bergerak juga dapat ditemukan pada bahasa-bahasa Slavik, seperti bahasa Rusia dan bahasa Polandia. Dalam bahasa tersebut, kata-kata yang termasuk dalam gender maskulin dan feminin akan terbagi lagi menjadi bergerak (animate) dan tidak bergerak (inanimate). Selain itu, terdapat juga bahasa-bahasa yang memiliki tiga gender, namun sebenarnya dua gender diantaranya memiliki kesamaan. Bahasa-bahasa tersebut, seperti bahasa Denmark dan bahasa Swedia mengenal gender maskulin, feminin, dan netral. Namun, antara gender maskulin dan feminin sudah menyatu dan perbedaan diantara kedua gender tersebut sudah hilang. Apa yang Dimaksud dengan Gender dalam Tata Bahasa

Gender pada kata benda mempengaruhi kata-kata yang berkaitan dengannya. Dalam setiap bahasa, kata-kata tertentu yang termasuk dalam kata benda diklasifikasikan dengan gender tertentu, misalnya kata ‘klucz’ (kunci) dalam bahasa Polandia merupakan kata benda gender maskulin. Sementara itu, kata sifat dapat memiliki semua gender karena harus menyesuaikan dengan jenis kelamin dari kata benda yang bersanding dengannya. Sebagai contoh, jika kita ingin mengatakan kunci yang kecil dalam bahasa Polandia adalah ‘mały klucz’. ‘Kata ‘mały’ merupakan kata sifat dan saat bersanding dengan kata benda maskulin, maka kata sifat tersebut harus menyesuaikan dalam bentuk maskulin. Jika, kata benda yang bersanding dengan kata ‘maly’ memiliki gender feminine, maka kata ‘mały’ juga harus menyesuaikan menjadi ‘mała książka’ (buku kecil). Penyesuaian tersebut juga berlaku pada kelas-kelas kata lainnya.

Pada kasus tertentu, satu kata benda dapat memiliki dua gender seperti pada kata ‘comunista’ dalam bahasa Spanyol yang dapat bergender maskulin ataupun feminin. Dalam bahasa Norwegia, kata ‘en ting’ (sesuatu) memiliki gender maskulin dan kata ‘et ting’ (majelis) memiliki gender netral. Pada kasus lainnya, terdapat juga kata-kata benda yang tidak memiliki gender. Kata benda tersebut tidak masuk ke dalam kategori gender manapun karena selalu memiliki bentuk jamak (walaupun jumlah bendanya tunggal), seperti kata ‘drzwi’ (pintu) dan ‘okulary’ (kacamata) dalam bahasa Polandia. Kasus ini dalam ilmu linguistik disebut sebagai “pluralia tantrum”.

Dalam menentukan sebuah gender pada suatu bahasa didapatkan melalui kesepakatan pengguna bahasa seperti bagian lain dalam tata bahasa. Kata-kata benda yang memiliki jenis kelamin dalam kehidupan nyata, seperti pria, wanita, ayah, ibu, kucing jantan, kucing betina memiliki gender yang sama dengan kenyataan sesungguhnya. Kata-kata benda yang merupakan benda mati memiliki gender yang ditentukan berdasarkan syarat-syarat tertentu (misalnya dalam bahasa Spanyol kata benda yang berakhiran dengan huruf ‘o’ adalah maskulin, dan yang berakhiran dengan huruf ‘a’ adalah feminin). Jadi, kata benda tersebut memiliki gender maskulin atau feminine bukan dikarenakan benda tersebut terkesan ‘maskulin’ atau benda lainnya terkesan ‘feminin’. Gender dalam kata benda juga tidak sama antara setiap bahasa. Bahasa Polandia akan mengatakan bahwa kata benda ‘stół’ (meja) memiliki gender maskulin, sementara bahasa Spanyol mengatakan bahwa kata meja, yaitu ‘mesa’ memiliki gender feminin.

Photo by Soner Eker, Unsplash

One thought on “Apa yang Dimaksud dengan Gender dalam Tata Bahasa?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *