Empat Negara yang Bubar Setelah Perang Dingin Berakhir

Empat Negara yang Bubar Setelah Perang Dingin Berakhir

Perang Dingin adalah perang ideologi antara dua kekuatan besar setelah Perang Dunia Kedua, yaitu Amerika Serikat dan sekutunya, Blok Barat dengan Uni Soviet dan sekutunya, Blok Timur. Perang dingin melibatkan perang secara tidak langsung antara dua kekuatan besar tersebut melalui negara-negara sekutunya. Seperti Perang Korea dan Perang Vietnam dimana terdapat dua pihak yang berperang karena perbedaan ideologi yang dimotori oleh dua kekuatan besar tersebut. Meski begitu, tidak pernah terjadi kontak perang secara langsung antara kedua negara. Setelah berakhirnya Perang Dingin di akhir abad ke-20, banyak negara-negara yang merupakan produk dari Perang Dingin bubar dan runtuh. Berikut empat negara yang bubar setelah perang dingin berakhir.

  1. Uni Soviet

Sebuah peta yang menunjukkan negara-negara pecahan Uni Soviet

Uni Soviet

Sumber: https://www.worldatlas.com/articles/what-countries-made-up-the-former-soviet-union-ussr.html

Sekitar pertengahan dekade 80-an, Perang Dingin antara kedua belah pihak mulai mereda. Kedua pihak baik Amerika Serikat, maupun Uni Soviet menyepakati berbagai kesepakatan kerjasama. Stagnasi ekonomi yang dialami oleh Uni Soviet selama beberapa dekade sebelumnya kemudian membuat pemimpin Uni Soviet pada masa itu, Mikhail Gorbachev untuk mengeluarkan sebuah kebijakan progresif. Kebijakan progresif tersebut adalah kebijakan glasnost dan perestroika. Kebijakan glasnost bertujuan untuk memberikan kebebasan dan keterbukaan bagi individu, sedangkan kebijakan perestroika bertujuan untuk merestrukturisasi perekonomian Uni Soviet. Kebijakan glasnost dicerminkan melalui reformasi politik dengan mengubah monopoli partai komunis menjadi sistem multi partai, membatasi masa jabatan ketua partai, dan pemilu parlementer untuk memilih presiden. Kebijakan glasnost kemudian mendorong masyarakat Uni Soviet untuk dapat meyuarakan ketidakpuasannya terhadap pemerintah dan secara tidak langsung kemudian meruntuhkan kediktatoran komunis di Uni Soviet.

Gelombang protes menuntut kemerdekaan di republik-republik bagian Uni Soviet semakin menguat. Pada bulan Maret 1990, Lithuania menjadi Republik Soviet pertama yang mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet. Namun, kemerdekaan tersebut masih terhalang oleh keberadaan militer Uni Soviet di wilayah Lithuania. Pada bulan Agustus 1991, pemerintah Uni Soviet kehilangan kredibilitasnya setelah kudeta yang dipelopori kelompok pro-demokrasi yang dipimpin oleh Boris Yeltsin. Kudeta tersebut kemudian diikuti oleh deklarasi kemerdekaan republik-republik Uni Soviet lainnya, yaitu Estonia, Latvia, Ukraina, Belarus, Kirgistan, Uzbekistan, Azerbaijan, dan Moldova).

Pada tanggal 7 Desember 1991, tiga pemimpin dari tiga republik bekas Uni Soviet, yaitu Rusia, Ukraina, dan Belarus menandatangani sebuah kesepakatan yang menyatakan bubarnya Uni Soviet dan terbentuknya organisasi yang disebut sebagai CIS (Commonwealth of Independent States). Republik-republik bekas Uni Soviet lainnya menyusul beberapa minggu kemudian. Pada tanggal 25 Desember 1991, Mikhail Gorbachev mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uni Soviet. Pada tanggal 31 Desember 1991, Uni Soviet secara resmi bubar dan pecah menjadi 15 negara, yaitu: Rusia, Ukraina, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, Azerbaijan, Georgia, Armenia, Moldova, Latvia, Lithuania, dan Estonia.

  1. Yugoslavia

Negara-negara pecahan Yugoslavia

Yugoslavia

Sumber: https://www.spiegel.de/international/tomorrow/war-in-yugoslavia-and-the-peace-movement-that-preceded-it-a-1100626.html

Setelah kematian pemimpin kharismatik Yugoslavia, Josip Broz Tito dan krisis ekonomi yang dihadapi oleh Yugoslavia membawa dampak buruk bagi kehidupan politik Yugoslavia. Tito yang merupakan tokoh pemersatu Yugoslavia tidak memiliki penerus yang seperti dirinya. Yugoslavia yang merupakan negara multikultur dengan berbagai etnis dan agama tidak lagi memiliki sosok pemersatu yang kuat seperti Tito. Selain itu, pemerintah pusat tidak lagi memiliki kewibawaan dan tedapat penguatan dominasi negara bagian tertentu di Yugoslavia. Pada tahun 1988, Slobodan Milosevic memulai kampanye agresif untuk membangun hegemoni etnis Serbia di Yugoslavia. Milosevic kemudian menghapus status otonomi Kosovo dan Vojvodina. Kebijakan tersebut membuat kekuatiran bagi negara bagian Yugoslavia lainnya mengenai nasib mereka.

Serbia yang dipimpin oleh Slobodan Milosevic menginginkan sentralisasi pemerintahan di Yugoslavia. Gagasan sentralisasi tersebut ditolak oleh delegasi Slovenia dan Kroasia. Pada tanggal 25 Juni 1991, Slovenia dan Kroasia mendeklarasikan kemerdekannya dari Yugoslavia dan menandai perpecahan pertama di Yugoslavia. Tentara Yugoslavia segera mencegah perpindahan kekuasaan ke kelompok pro-kemerdekaan, namun berhasil diklahkan oleh pasukan Slovenia. Sementara itu, terjadi perang antara Serbia dan Kroasia yang berlangsung hingga gencatan senjata pada bulan Desember 1991. Pada bulan Januari 1992, Komunitas Eropa mengakui kemerdekaan Slovenia dan Kroasia. Sementara itu, Makedonia menjadi satu-satunya negara Yugoslavia yang mendapatkan kemerdekannya dengan perdamaian. Pada tanggal 27 April 1992, Serbia dan Montenegro mendeklarasikan kemerdekannya. Pada bulan April 1992, perang saudara terjadi di Bosnia. Perang tersebut kemudian dihentikan dengan Perjanjian Dayton pada tahun 1995. Yugoslavia pun secara resmi pecah menjadi enam negara setelah Montenegro mendeklarasikan kemerdekannya dari Serbia pada tanggal 3 Juni 2006.

  1. Cekoslovakia

Ceko dan Slovakia, kedua negara pecahan Cekoslovakia

Cekoslovakia

Sumber: http://bintel.com.ua/en/article/slovakija-ot-sostavnoj-chasti-byvshej-chehoslovakii/

Kebijakan glasnost dan perestroika di Uni Soviet membawa angin segar bagi usaha demokratisasi di negara-negara Eropa Timur, termasuk Cekoslovakia. Kebijakan ini kemudian membawa perubahan cepat bagi perpolitikan di Cekoslovakia. Masyarakat Cekoslovakia kemudian turun ke jalan menentang pemerintahan komunis. Pada bulan November 1989, para pemimpin Partai Komunis Cekoslovakia yang dipimpin oleh Milos Jakes mengundurkan diri dari jabatannya. Sebuah gerakan yang bernama Civic Forum yang dipimpin oleh Vaclav Havel kemudian mengambilalih pemerintahan tanpa adanya pertumpahan darah. Transisi demokrasi dari pemerintahan komunis ke kelompok demokrasi yang berjalan sangat damai dan halus ini kemudian disebut sebagai Revolusi Beludru, Vaclav Havel kemudian dipilih oleh parlemen sebagai Presiden Cekoslovakia. Havel kemudian menunjuk Marian Calfa sebagai perdana menterinya dan kemudian memulai proses demokratisasi di Cekoslovakia.

Namun, proses demokratisasi tersebut kemudian terhambat oleh konflik antara pemerintah Ceko dan Slovakia dalam Cekoslovakia. Perbedaan latar belakang sejarah dan kondisi ekonomi antara Ceko dan Slovakia kemudian menyebabkan terjadinya perbedaan pandangan mengenai bagaimana reformasi seharusnya dijalankan. Perbedaan pandangan tersebut semakin tajam dan kemudian pada bulan Juli, Slovakia mendeklarasikan kemerdekaannya dari Cekoslovakia. Presiden Vaclav Havel pun segera mengundurkan diri di bulan yang sama. Pemerintah Ceko dan Slovakia kemudian melakukan negosiasi dan pada bulan November 1992, parlemen Cekoslovakia menyetujui pembubaran Cekoslovakia secara resmi pada tanggal 31 Desember 1992. Cekoslovakia pun resmi terpisah menjadi dua negara sejak tanggal 1 Januari 1993.

  1. Jerman Barat dan Jerman Timur

Peta Jerman Barat dan Jerman Timur sebelum reunifikasi pada tahun 1990

Jerman Barat dan Jerman Timur

Sumber: https://www.dw.com/en/east-germany-a-failed-experiment-in-dictatorship/a-50717157

Kejatuhan negara-negara Blok Timur pada akhir dekade 80-an dan dimulainya kebijakan Glasnost dan Perestroika Mikhail Gorbachev di Uni Soviet membuat desakan dari warga Jerman Timur untuk kembali menyatukan Jerman.Pada bulan Oktober 1989, Presiden Jerman Timur, Erick Honecker mengundurkan diri. Ergon Krenz sebagai pengganti Honecker menjanjikan reformasi untuk Jerman Timur. Pada tanggal 9 November 1989. Tembok Berlin secara resmi tidak berfungsi setelah diruntuhkan oleh warga Jerman Timur. Ribuan penduduk Jerman Timur melintasi perbatasan ke Berlin Barat. Pada tanggal 3 Oktober 1990, Jerman Barat dan Jerman Timur menyetujui reunifikasi kedua negara menjadi satu Jerman. Berlin kemudian dipilih sebagai ibukota dari negara Jerman bersatu.

Baca juga : Perbedaan Inggris, Britania, dan Britania Raya

One thought on “Empat Negara yang Bubar Setelah Perang Dingin Berakhir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *