Tembok Berlin, Saksi Bisu Perang Dingin

Tembok Berlin, Saksi Bisu Perang Dingin

Potongan dari Tembok Berlin yang berada di Kalijodo, Jakarta Utara

Setelah kekalahan Jerman pada Perang Dunia Kedua, wilayah Jerman terbagi antara sekutu barat (Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis) dan sekutu timur (Uni Soviet). Terbaginya wilayah Jerman disebabkan oleh pendudukan yang berbeda dimana sebelah barat Jerman berada di bawah kendali sekutu barat dan wilayah sebelah timur Jerman berada di bawah kendali Uni Soviet. Sementara itu, kota Berlin berhasil diduduki pasukan Uni Soviet pada Bulan April 1945 diikuti oleh menyerahnya Jerman pada pasukan sekutu pada tanggal 7 Mei 1945. Perjanjian Potsdam yang mengakhiri Perang Dunia Kedua antara sekutu dengan Jerman memutuskan bahwa wilayah Jerman dibagi menjadi empat wilayah kependudukan militer, yaitu wilayah kependudukan Amerika Serikat di selatan Jerman, Perancis di barat daya Jerman, Inggris di barat laut Jerman, dan Uni Soviet di sebelah timur Jerman. Hal tersebut juga berlaku untuk ibukota Jerman, Berlin yang juga dibagi menjadi empat wilayah kependudukan militer.

Sekutu barat yang terdiri dari Amerika Serikat dan Inggris kemudian menyatukan wilayah kependudukannya dan menyebutnya sebagai Bizonia pada tahun 1947. Tidak lama kemudian, wilayah yang berada di bawah pendudukan Perancis juga bergabung dengan Bizonia dan mengubah nama wilayah barat ini menjadi Trizonia. Pada tahun 1948, sekutu barat mengenalkan mata uang Deutsche Mark yang lebih stabil. Dengan bantuan Marshall Plan, sekutu barat berusaha membangun kembali wilayah Jerman yang berada di bawah kendalinya untuk menjadi salah satu negara yang stabil. Sementara itu, di sebelah timur Jerman di wilayah pendudukan Uni Soviet terdapat pengembangan ekonomi yang berbeda. Tanah-tanah dibagikan kepada petani-petani kecil dan berbagai perusahaan dinasionalisasi untuk membentuk sistem perekonomian yang sama seperti di Uni Soviet.

Selain di bidang ekonomi, sekutu barat juga membangun sistem politik baru di sebelah barat Jerman. Mereka melarang Partai Komunis dan perpolitikan didominasi oleh partai koservatif, yaitu Christian Democratic Union (CDU). Sementara itu, di wilayah pendudukan Uni Soviet, Partai Komunis memiliki kekuatan yang dominan dan berkuasa. Polarisasi yang terjadi di masing-masing wilayah Jerman ini kemudian secara legal terpisah menjadi entitas politik yang berbeda. Pada tanggal 21 September 1949 diproklamirkan berdirinya Republik Federal Jerman atau yang dikenal sebagai Jerman Barat. Sekutu barat memberikan jaminan bagi kedaulatan Jerman Barat yang beribukota di Bonn. Tidak lama setelah berdirinya Jerman Barat, yaitu tepatnya pada tanggal 7 Oktober 1949, Republik Demokratik Jerman atau yang kemudian biasa dikenal sebagai Jerman Timur berdiri di wilayah pendudukan Uni Soviet. Jerman kemudian terpisah menjadi dua negara yang berbeda secara ideologis. Jerman Barat menjunjung tinggi demokrasi dan kapitalisme, sedangkan Jerman Timur sebagai negara komunis.

Terpisahnya Jerman menjadi dua juga kemudian memisahkan Berlin menjadi dua. Berlin Barat merupakan bagian dari Jerman Barat, sedangkan Berlin Timur merupakan bagian dari Jerman Timur dan menjadi ibukota dari Jerman Timur. Berlin Barat secara geografis berada di tenga-tengah wilayah Jerman Timur dan menjadikannya terisolasi secara darat dengan Jerman Barat.

Pada tanggal 13 Agustus 1961, pemerintah Jerman Timur mulai membangun Tembok Berlin. Menurut mereka, pembangunan ini bertujuan untuk mencegah kelompok ‘fasis’ dari barat. Namun, tujuan sesungguhnya dari pembangunan tembok ini adalah untuk mengisolasi Jerman Timur dari Jerman Barat dan mencegah penduduk Jerman Timur yang menginginkan kebebasan untuk melarikan diri ke Jerman Barat yang secara ekonomi lebih maju dan menjanjikan kehidupan yang bebas. Tembok Berlin menjadi simbol utama Perang Dingin yang terjadi antara dua kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Sebelum pembangunan Tembok Berlin. Dua Kekuatan Besar antara Amerika Sserikat dan Uni Soviet telah memulai apa yang disebut sebagai Perang Dingin. Perang ini berlangsung antara dua keuatan besar yang memiliki ideologi yang berbeda. Tensi Perang Dingin kembali memanas melalui Perlombaan Ruang Angkasa dimana Uni Soviet berhasil meluncurkan Satelit Sputnik pada tahun 1958. Pembangunan Tembok Berlin yang dipicu oleh tensi yang meningkat pada masa Perang Dingin juga dipicu oleh gelombang pengungsi dari Jerman Timur yang menginginkan kehidupan yang lebih baik di Jerman Barat. Diperkirakan hingga tahun 1961, sudah terdapat tiga juta orang yang melarikan diri dari Jerman Timur. Ribuan orang meninggalkan Jerman Timur setiap harinya untuk menuju Jerman Barat melalui Berlin, banyak diantaranya merupakan pekerja muda yang memiliki skill. Gelombang pengungsi ini mempermalukan pemerintah Jerman Timur dan Uni Soviet sebagai kekuatan besar penyokong Jerman Timur. Oleh karena itu, mereka kemudian memulai pembangunan Tembok Berlin untuk mencegah orang-orang pergi dari Jerman Timur. Tembok Berlin Saksi Bisu Perang Dingin

Sebelum Tembok Berlin berdiri, penduduk Berlin dapat berjalan-jalan dengan bebas tanpa mengenal perbatasan. Mereka biasa menyeberangi perbatasan untuk bekerja, belanja, atau berjalan-jalan. Kereta dan Subway juga dapat menghubungi kedua wilayah dengan mudah. Namun, setelah pembangunan tembok, penduduk Berlin tidak lagi dapat berpergian dengan mudah selain melewati tiga pos perbatasan di Helmstedt, Dreilinden, dan Friedrichstrasse. Tembok Berlin memiliki ketinggian hingga mencapai empat meter dengan panjang mencapai 166 km mengelilingi wilayah Berlin Barat. Diperkirakan terdapat 5000 orang yang mencoba melarikan diri melintasi Jerman Timur dengan berbagai cara, seperti loncat dari bangunan, memanjat tembok, atau menabrakan kendaraan. Terdapat 171 orang yang tewas saat berusaha melintasi Tembok Berlin. Tembok Berlin Saksi Bisu Perang Dingin

Kejatuhan negara-negara Blok Timur pada akhir dekade 80-an dan dimulainya kebijakan Glasnost dan Perestroika Mikhail Gorbachev di Uni Soviet membuat desakan dari warga Jerman Timur untuk kembali menyatukan Jerman.Pada bulan Oktober 1989, Presiden Jerman Timur, Erick Honecker mengundurkan diri. Ergon Krenz sebagai pengganti Honecker menjanjikan reformasi untuk Jerman Timur. Pada tanggal 9 November 1989. Tembok Berlin secara resmi tidak berfungsi setelah diruntuhkan oleh warha Jerman Timur. Ribuan penduduk Jerman Timur melintasi perbatasan ke Berlin Barat. Pada tanggal 3 Oktober 1990, Jerman Barat dan Jerman Timur menyetujui reunifikasi kedua negara menjadi satu Jerman.

Sumber: https://www.thejakartapost.com/news/2017/09/26/pieces-of-berlin-wall-arrive-at-kalijodo.html

Baca juga : Perbedaan Inggris, Britania, dan Britania Raya

One thought on “Tembok Berlin, Saksi Bisu Perang Dingin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *