Kisah Sukses

7 Fakta Sejarah Ibu Kota Negara

7 Fakta Sejarah Ibu Kota Negara

Sebelum Ibu Kota Negara kita pindah ke Kalimantan ada baiknya kita membahas tentang Ibu Kota Negara yang sekarang. Banyak dari kita itu tau tentang Jakarta sebagai Ibu Kota Negara merupakan kota dengan sejarah yang panjang dan merupakan pusat dari segala urusan administrasi hingga perdagangan bahkan sebelum Belanda datang dan membangun kota ini sebagai kota Batavia. Tapi sedikit dari kita yang paham sebenernya apasih awalnya Kota Jakarta itu dan kenapa kota Jakarta bisa menjadi kota yang berkembang sangat cepat dan bahkan menjadi kota yang merupakan pusat dari segala urusan yang ada. Perkembangan kota Jakarta dari abad ke abad juga terlihat sangat beragam dalam berbagai aspek mulai dari tata kota hingga masyarakat yang terkotak-kotak karena perbedaan wilayah membuat perbedaan budaya yang berkembang didalamnya. Segala aspek tersebut kemudian yang membentuk kota Jakarta menjadi seperti sekarang ini. Akhirnya adalah kota Jakarta merupakan sebuah contoh kota dengan kemajuan luar biasa yang didalamnya juga terdapat berbagai masalah yang luar biasa untuk diselesaikan. Berikut adalah 7 fakta perkembangan Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Negara.

  1. Berasal dari Kota Pelabuhan

Seperti yang kita ketahui hari ini, Jakarta adalah kota yang dekat dengan lautan. Hal ini memang memuktikan bahwa memang Jakarta merupakan sebuah kota pelabuhan pada awalnya. Pada masa kerajaan Padjajaran masih berdiri, wilayah yang kita kenal hari ini sebagai Jakarta adalah sebuah kota pelabuhan bernama Sunda Kelapa. Pada Abad 12 sampai 16 Sunda Kelapa menjadi semacam pintu gerbang bagi orang –orang yang ingin masuk ke dalam kerajaan Padjajaran. Sejak wilayah tersebut dikenal dengan Sunda Kelapa, Jakarta memang sudah memiliki kepadatan aktivitas terutama untuk migrasi dan perdagangan. Banyak sekali perdagangan yang terjadi di kota pelabuhan tersebut. Selama masa ini Kerajaan Padjajaran menjadi penguasa Sunda Kelapa dan Kerajaan Padjajaran banyak mengatur urusan ekonomi dari Sunda Kelapa. Kota pelabuhan secara teori memang memiliki keuntungannya sendiri dengan adanya berbagai pertemuan yang terjadi menimbulkan banyak budaya, pengetahuan, dan teknologi yang berkembang. Hal ini menstimulasi pertumbuhan kota menjadi kota ekonomi yang menghasilkan bagi berbagai aspek kehidupan manusia. Jadi gak heran kalau kota pelabuhan banyak dilindungi. Ancaman dari kota pelabuhan juga gak main-main mulai dari perampokan dan penjarahan hingga pembunuhan biasa terjadi mulai dari urusan bisnis hingga masalah personal. Bahkan ditingkat paling ekstrim bagi sebuah wilayah kekuasaan adalah invasi. Para bajak laut juga sering menjadi ancaman karena sifatnya yang agresif terhadap kota pelabuhan dan kapal-kapal dagang. Nama Sunda Kelapa bertahan sampai penyerangan kerajaan Demak terhadap kerajaan Padjajaran. Sejak saat itu Sunda Kelapa berubah nama menjadi Jayakarta.

  1. Batavia dibentuk persis dengan Amsterdam

Kalau kalian suka merhatiin kota Jakarta banyak banget kali kali yang ada di sekitar kota Jakarta itu bukan kali yang muncul secara alami. Sebagian besar kali yang ada di kota Jakarta adalah sebuah buatan tangan manusia. Tempat yang kita kini kenal dengan kali dan bau yang tidak sedap serta banyaknya sampah itu adalah bekas sebuah kanal yang indah. Batavia dibentuk persis dengan sebuah kota di Belanda bernama Amsterdam. Mulai dari struktur kota hingga ciri khasnya dibuat persis dan tentunya dengan beberpaa penyesuaian disana sini. Tata letak kota yang dibuat oleh VOC saat membangun kota Batavia berguna sebagai pemisahan komplek tempat tinggal untuk menentukan para elite dan para masyarakat biasa atau budak yang tinggal di Batavia. Pembangunan kota Batavia juga dimaksudkan untuk bisa menjadi kota administrasi. Tujuan dibentuknya kota administrasi tidak lain adalah alasan ekonomi. Jan Pieterzoon Coen sebagai pembuat kta Batavia merasa kepentingan ekonomi seudah seharusnya dibentuk sekuat dan sedekat mungkin dengan pusat administrasi. Pernyataan Jan Pieterzoon Coen ini yang kemudian membuat kota Jakarta bisa sampai sekarang seperti ini dimana semua kegiatan administrasi dan ekonomi terpusat berada di Jakarta. Secara geografis memang tempat administrasi yang dekat dengan pusat ekonomi mempercepat berbagai urusan baik dari sisi transportasi maupun perizinan. Selain alasan-alasan perizinan dan transportasi, dengan dekatnya pusat administrasi dengan pusat perekonomian melalui perdagangan ini membuat banyak harga yang dihemat dengan dekatnya pusat ekonomi dan administrasi ini. Seperti yang kita ketahui zaman pada abad ke 17-18 transportasi menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian karena banyaknya tantangan untuk berpindah tempat sangat besar mulai dari banyak sekali jalur yang belum dibuat dan aman untuk transportasi ataupun perdagangan. Dari jalur laut sendiri terdapat banyak bajak laut yang pada abad-abad ini berkuasa di lautan dan dari jalur darat sendiri juga ada berbagai tantangan seperti perampokan dan relief muka bumi yang tidak mungkin atau sulit untuk dilalui seperti jurang, rawa-rawa dan pegunungan. Fakta Sejarah Ibu Kota Negara

  1. Bentuk rencana pembangunan Kota Batavia adalah persegi

Kita yang sekarang hidup dan bekerja di Jakarta pasti sudah tidak familiar dengan bentuk kota Jakarta yang sudah banyak berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan catatan sejarah pembentukan kota Jakarta pada masa pembangunannya sebagai kota Batavia adalah persegi. Kota Batavia ini direncanakan untuk dibentuk persegi sebagai cerminan dari kota-kota eropa dan salah satunya kota di Belanda seperti kota Amsterdam. Pembentukan kota secara persegi ini juga merupakan sebuah pembangunan yang dikemudian hari akan membantu penguasa kota Batavia dalam mengklasifikasi tempat-tempat tinggal orang kelas atas seperti eropa dan budak-budak yang masuk dari luar kota Batavia. Kalau kita mau melihat bentuk yang kira-kira masih terlihat sebagai hasil dari pembangunan kota Batavia sebagai kota yang yang berbentuk persegi adalah wilayah Pasar Ikan. Pada wilayah Pasar Ikan Benteng kota dibangun ke arah Selatan dan berhenti di Sungat Ciliwung. Bentuk Pasar Ikan memiliki kecenderungan berbentuk persegi dan memiliki bentuk lebih kepada blok-blok sehingga memang persegi. Sebenarnya pembentukan kota yang berbentuk persegi ini juga memudahkan penguasa untuk urusan administratif dan urusan pertahanan. Pertahanan kota akan lebih efektif untuk dibagi apabila kota tersebut berbrntuk persegi. Perlindungan terhadap kota pada masa-masa ini penting karena banyaknya wilayah kerajaan di nusantara yang menganggap kedatangan VOC adalah sebuah ancaman. Adanya kota Batavia pada masa itu terlihat seperti benteng dengan pertahanan yang didukung dari benteng-benteng yang ada di ujung-ujung tembok. Warga asli yang merupakan orang pribumi dilarang untuk membuat permukiman di dalam tembok kota Batavia.

  1. Perluasan kota Batavia dilakukan sudah sejak abad ke-17

Sebagai sebuah wilayah yang berfungsi sebagai Ibu Kota Jakarta memiliki wilayah yang sangat luas baik dari berbagai sisi. Wilayah Utara yang memiliki batas sampai dengan pelabuhan, wilayah Selatan yang menyentuh daerah perbatasan di Depok, Sebelah barat yang bersinggungan dengan Tangerang dan Karawang dan Bekasi di Wilayah Timur. Batas-batas wilayah Jakarta yang sangat luas ini adalah bentuk dari perluasan kota yang terjadi sejak abad ke 17. Pada tahun 1625, seorang penjelajah dan pembuat peta bernama Francis van Berkeroode membuat sebuah peta kota Batavia bahwa sudah ada perluasan kota Batavia sejak tahun 1625 terlebih ke arah Barat. Perluasan tersebut juga ditambah di bagian Timur dengan mengeringkan tanah basah dan sungai kecil di wilayah Timur dan membuat terusan baru sebagai batas kota. Pembuatan parit juga dilakukan di sebelah barat dan Timur untuk menandai batas-batas kota. Kemungkinan penambahan wilayah kota adalah jumlah penduduk di dalam tembok kota yang semakin bertambah sehingga perlu adanya ruang lebih untuk masyarakat membangun tempat tinggal. Hal yang mencolok dari daerah daerah baru ini adalah wilayah tersebut memiliki lalu lintas yang lebih baik karena tata kota yang dinilai lebih baik dari wilayah kota awal yang dikotak-kotakan. Fakta Sejarah Ibu Kota Negara

Baca juga : Antartika, Benua Terkering di Dunia

  1. Pusat Administrasi negara pernah berpindah sebelumnya

Gak Cuma waktu hari-hari ini aja rencana perpindahan pusat administrasi negara itu mau pindah. Di zaman Daendles tahun 1800-an pusat administrasi daerah koloni juga pernah mendapat rencana perpindahan bahkan sudah berpindah. Daendles sebagai gubernur jenderal paling progresif dalam hal pembangunan daerah Utara Jawa ini merasa perlu adanya penyeimbangan dan perbaikan tata letak kota bagi wilayah-wilayah di kota Batavia sebagai daerah pusat bagi seluruh administrasi. Bagi Daendles wilayah Administrasi di Batavia yang juga menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda harus memiliki wilayah Administrasi tidak berada terlalu di Utara sehingga perpindahannya adalah ke tempat yang sekarang kita kenal dengan Lapangan Banteng. Berbagai perubahan ini  dilakukan oleh Daendles untuk melindungi daerah administrasi karena bagi Daendles wilayah pemerintahan harus dilindungi agar kestabilan dan keamanan wilayah jajahan bisa terjamin. Dalam Hal lain pembangunan tersebut menjadi sebuah boomerang bagi Daendles dan Kota Batavia. Perpindahan pusat administrasi membuat berbagai kebutuhan tempat bagi penduduk kota Batavia di dalam tembok juga berubah. Pembangunan yang ada mengarah ke arah pintu keluar tembok kota yang kemudian membuat segala bentuk bangunan bercampur antara gedung pusat perdagangan, rumah penduduk, bengkel, dan pertokoan sehingga menghilangkan blok-blok atau batasan yang jelas yang sebelumnya sudah pernah dibentuk oleh Coen pada masa awal perencanaan pembangunan Kota Batavia. Kondisi yang pembangunan gedung nya bercampur ini menimbulkan masalah dalam jalur transportasi, aliran air dan kebutuhan lainnya. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak adanya pembagian wilayah yang efisien setelah pemindahan pusat administrasi.

  1. Batavia awalnya terbagi-bagi dalam Afdeling

Jadi sebelum kita kenal sebagai sebuah provinsi seperti hari ini sebenarnya Jakarta itu merupakan sebuah kota dengan sebuah karesidenan dan afdeling yang terbagi-bagi atau yang kita bahasanya sederhanakan sebagai daerah dalam kota. Jadi untuk kota Batavia sebenarnya punya 5 afdeling yang sebenarnya memiliki pusat administrasi masing-masing namun untuk urusan-urusan yang besar di wilayah administrasi afdeling akan diselesaikan oleh pusat. 5 afdeling yang ada di wilayah karesidenan Batavia adalah afdeling Krawang, afdeling Buitenzorg, afdeling Tangerang, afdeling Meester Cornelis, dan pusatnya adalah afdeling Stad an Voorsteden van Batavia. Afdeling Buitenzorg adalah wilayah yang sekarang kita kenal dengan nama Bogor, afdeling Krawang adalah kota yang dekat dengan pantai atau yang kita kenal dengan Karawang, Afdeling Meester Cornelis adalah kota satelit Jakarta hari ini atau yang kita kenal dengan nama Depok, dan pusatnya adalah Stad an Voorsteden van Batavia yang kita kenal dengan Jakarta sekarang ini. Wilayah itu terbentuk sebagai sebuah afdeling agar bisa memiliki kontrol yang kemudian segala aktivitasnya dipertanggungjawabkan ke pusat. Setiap wilayah tersebut merupakan wilayah yang diduduki oleh penduduk asli pribumi, hanya wilayah pusat atau yang dikenal dengan afdeling Stad an Voorsteden van Batavia yang tidak boleh ditempati oleh orang pribumi. Pembagian ini berguna untuk mempertahankan kontrol wilayah agar setiap masalah yang ada di wilayah tersebut bisa memiliki otoritas dalam menyelesaikan masalah

  1. 1 April 1850 Batavia adalah kota dengan kebebasan finansial

Jangan salah dengan arti kebebasan finansial yang dimaksud disini. Batavia sudah menjadi kota yang luar biasa maju pada tahun 1850 hal ini ditambah dengan mulai masuknya dunia ke arah penemuan-penemuan sehingga banyak teknologi berkembang pada tahun-tahun ini. Kebebasan finansial ini dimaksudkan bahwa Batavia mempunyai status sebagai daerah lokal dengan keuangan sendiri atau dalam bahasa Belanda disebut Gemeente. Hal ini membuat afdeling Stad en Vorsteden van Batavia perlu dibagi-bagi lagi wilayahnya agar memudahkan segala urusan administrasi dan hukum yang ada di wilayah-wilayah afdeling. Batavia dibagi menjadi 2 distrik dan 6 onder distrik. Distrik tersebut dibagi menjadi Batavia dan Weltevreden. Setiap distrik besar ini memiliki 3 onder distrik untuk wilayah administrasi. Untuk Batavia sendiri memiliki onder distrik yang terdiri dari Mangga Besar, Penjaringan, dan Tanjung Priuk. Wilayah Weltevreden memiliki 3 onder distrik yang terdiri dari Gambir, Senen, dan Tanah Abang. Fakta Sejarah Ibu Kota Negara

 

Photo By nationalgeographic.grid.id

One thought on “7 Fakta Sejarah Ibu Kota Negara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *