Republik Lanfang, Republik pertama di Asia yang terletak di Pulau Kalimantan
Lanfang, Republik pertama di Asia
Pulau Kalimantan merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi tempat pertemuan perdagangan antarbangsa di masa lalu. Posisinya terletak di antara jalur perdagangan Selat Melaka di mana banyak pedagang-pedagang melaluinya. Lokasinya yang strategis menjadi tempat singgah atau transit para pedagang dari Timur dan Barat.
Jauh sebelum Inggris dan Belanda berusaha untuk menguasai perdagangan di Pulau Kalimantan, banyak pendatang dari negara lain yang singgah dan menetap di Kalimantan, khususnya Kalimantan bagian Barat. Para pendatang itu di antaranya dari Semenanjung Malaka Johor (Kesultanan Sambas), Jawa (Demak dari Kesultanan Landak), Surabaya (Kesultanan Sukadana), dan Cina Selatan. Kustedja mengemukakan beberapa pendapat mengenai kapan orang-orang Cina datang ke Kalimantan Barat, yaitu sejak abad ke-17 dengan adanya bukti nisan tua Cina dengan masa tersebut di kompleks pemakaman Cina, sejak abad ke-14 yaitu pada masa Dinasti Ming.
Etnis Cina yang menetap di Kalimantan Barat mendapatkan penghasilan dari berdagang, bertani, dan juga bertambang. Penambangan emas yang mulai berkembang sejak abad ke-18, membuat para Sultan mendatangkan banyak tenaga dari Cina karena mereka dianggap memiliki kemampuan teknis yang lebih canggih dibandingkan dengan orang-orang setempat. Adanya emas di Kalimantan Barat, tentu menjadikan banyak pedagang dari wilayah lainnya yang berusaha untuk menguasai wilayah ini. Akibatnya, tidak sedikit terjadi perlawanan antara orang-orang asli terhadap para pendatang ini. Permainan politik antara kesultanan dan VOC juga terjadi untuk mendapatkan keuntungan masing-masing.
Menurut Kustedja, Pergesekan di Kalimantan Barat saat itu, tidak hanya terjadi antara kaum pribumi dan kaum pendatang, tetapi juga antar-kaum pendatang itu sendiri, yaitu antaretnis Cina. Tersebarnya informasi mengenai keberadaan emas di wilayah Kalimantan, mendorong orang-orang dari Daratan Cina datang ke wilayah ini secara berkelompok. Luo Fangbo berupaya untuk menghentikan pergesekan dalam sesame etnis Cina ini dengan membentuk Republik Lanfang pada abad ke-18. Dalam perkembangannya Republik Lanfang tidak hanya sebatas untuk mencegah pergesekan sesama, tetapi juga melakukan kerjasama dengan Sultan Pontianak untuk mendapatkan perlindungan.
Menurut Ji Fangchao dalam tesisnya yang berjudul “The Chinese Kongsis in West Borneo: the Rise of the Chinese in Global Trade in the Early and Mid-19th Century”, Gelombang pertama migrasi orang-orang Cina di Kalimantan Barat dimulai pada sekitar tahun 1750-an. Migrasi ini dipelopori oleh berbagai penambang emas dari wilayah Cina daratan. Para penambang emas ini berbondong-bondong pergi ke pusat penambangan untuk mencari penghidupan. Para penambang emas ini kemudian membentuk sebuah komunitas yang disebut sebagai kongsi.
Pengertian kongsi disini berbeda dengan pengertian kongsi pada zaman ini yang berarti ‘perusahaan’. Berbagai pendapat bermunculan mengenai definisi kongsi di Kalimantan ini. Heindhues berpendapat bahwa kongsi ini adalah sebuah komunitas seberang laut yang didasarkan pada nilai kemitraan bersama dimana semua anggotanya memiliki hak untuk menentukan arah organisasi ini. Para anggota diberikan hak pilih untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh kongsi. Di sisi lain, Wang berpendapat bahwa kongsi adalah sebuah organisasi politik yang dibentuk untuk mewadahi kepentingan sosial dan ekonomi etnis Cina di Kalimantan. Dari berbagai definisi tersebut, maka tidaklah heran jika kongsi ini dianggap sebagai sebuah republik demokratis yang dikelola oleh etnis Cina di Kalimantan, dibanding sebagai sebuah sekadar organisasi. Terlebih mereka membangun sistem organisasi yang bebas dan independen.
Kongsi Lanfang berusaha mewadahi kepentingan penambang emas Cina di Kalimantan. Organisasi ini membangun hubungan dengan Sultan, membagi wilayah, mengumpulkan pajak, membangun jalan, dan menyediakan keamanan bagi anggotanya. Hal inilah yang kemudian memunculkan anggapan bahwa kongsi Lanfang merupakan suatu sistem pemerintahan tersendiri atau dalam kata lain sebagai otonomi yang dikhususkan untuk memerintah etnis Cina di Kalimantan. Lebih lanjut, sering dianggap sebagai sebuah republik karena mengingat definisi kongsi ini dan sistem yang bekerja pada kongsi ini.
Kongsi Lanfang atau biasa juga disebut sebagai sebuah sistem republik, yaitu Republik Lanfang berdiri pada tahun 1775 di Pontianak oleh Luo Fangbo. Luo Fangbo mendirikan republik ini bersamaan dengan imigran Cina lainnya yang kebanyakan merupakan orang-orang Hakka. Kongsi ini dibentuk atas dasar ‘persaudaraan’ sesama penambang emas dari Cina di Kalimantan Barat. Mereka berusaha mengkonsolodasikan diri melalui kongsi ini untuk kepentingan mereka bersama di tanah perantauan. Kongsi ini dibentuk sebagai usaha membangun kekuatan berdasarkan persamaan nasib sebagai pendatang di Kalimantan Barat.
Luo Fangbo
Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Luo_Fangbo.jpg
Pembentukan Kongsi Lanfang atau Republik Lanfang yang didasari atas dasar persamaan etnis dapat dipahami sebagai bentuk etnonasionalisme Cina di Kalimantan Barat, meskipun terbatas hanya pada etnis Cina yang merupakan penambang emas. Mereka membangun sebuah sistem pemerintahan untuk mengatur diri berdasarkan adanya kesadaran kesamaan etnis. Kesadaran tersebut kemudian menciptakan rasa etnonasionalisme Cina di tanah perantauan dan membentuk sebuah pemerintahan atau organisasi sendiri yang terpisah dari organisasi pemerintahan setempat, yaitu Kesultanan Pontianak. Menurut Chan dalam sebuah jurnal berjudul “The Founding of Singapore and the Chinese Kongsis of West Borneo”, Republik Lanfang adalah organisasi komunal etnis Cina di bidang politik dan ekonomi di Asia Tenggara yang sangat bebas dari pengaruh politik etnis Melayu. Pada masa itu etnis Melayu di Kalimantan adalah salah satu etnis yang memiliki pengaruh besar di bidang politik.
Kongsi ini kemudian berhasil membangun sebuah sistem mirip pemerintahan lokal yang efektif dan bahkan bertahan sebelum diinvasi oleh Hindia Belanda pada pertengahan abad ke-19. Keberhasilan ini kemudian membuat perkembangan yang pesat bagi Republik Lanfang. Kesuksesan kongsi ini bahkan mendorong imigrasi etnis Cina secara besar-besaran, khususnya etnis Hakka ke wilayah Asia Tenggara.
Republik Lanfang pada tahap puncak perkembangannya bahkan menguasai hampir seluruh Kalimantan. Setelah abad ke-18, dominasi Lanfang di bidang ekonomi, politik dan sosial dan keinginannya membangun basis di tempat baru menjadi ancaman bagi penjajah Belanda. Hal ini terutama tercermin dari penjualan lada Lanfang di daratan Cina dan daerah lain di Asia Tenggara menjadi ancaman terhadap status monopoli rempah Belanda, sehingga Belanda berusaha memblokade wilayah Kalimantan, terutama Republik Lanfang dan memutuskan hubungannya dengan daratan Cina dan daerah lain di Asia Tenggara. Pada bulan Mei 1853, penjajah Belanda memaksa penguasa lokal mengembargo barang-barang yang dijual oleh Republik Lanfang. Meskipun Republik Lanfang juga meminta Sultan sebagai mediator untuk melakukan negosiasi dengan Belanda, namun masih terjadi konflik.
Sedikitnya, terjadi tiga konflik antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kongsi Lanfang ini, yaitu pada tahun 1822 hingga 1824, tahun 1850 hingga 1854, dan tahun 1884. Setelah kekalahan Republik Lanfang dan kejatuhan Dinasti Qing pada tahun 1912, Republik Lanfang secara resmi dianeksasi oleh pemerintah Hindia-Belanda. Banyak dari sisa-sisa penduduk republik ini yang kemudian melarikan diri ke Singapura.
Referensi:
Bingling, Yuang. (2000). Chinese Democracies: A Study of the Kongsi of the West Borneo. (1776-1884). Leiden, Neth: CNWS.
Chan, Ying Kit, (2016). The Founding of Singapore and the Chinese Kongsis of West Borneo. Journal of Cultural Interaction in East Asia, 7 : 99-121.
Earl, J.H. 1971. The Eastern Seas. Singapore and New York: Oxford University Press.
Heidhues, Mary Somer. (2003). Golddiggers, Farmers, and Traders in the “Chinese Districts” of West Kalimantan, Indonesia. New York: Ithaca.
Ji, Fangchao. (2018). The Chinese Kongsis in West Borneo: the Rise of the Chinese in Global Trade in the Early and Mid-19th Century (master’s thesis). Brandeis University, Waltham, Massachusets.
Kustedja, Sugiri. (Agustus 2016). “Republik” Lanfang Kongsi di Kalimantan Barat. Jurnal Sosioteknologi, 15, 2, 255-266.
Pingback: 15 Fakta Unik Lagu Kebangsaan Negara-Negara di Dunia - Ruang Bahasa Blog