News

7 Fakta Iklan film pada Surat Kabar Indonesia pada Masa Revolusi di Jakarta

7 Fakta Iklan film pada Surat Kabar Indonesia pada Masa Revolusi di Jakarta

Iklan menjadi media bagi seseorang atau sebuah perusahaan mempromosikan usahanya. Gak heran banyak orang menggunakan iklan terutama bagi mereka yang memiliki produk atau jasa untuk dijual. Iklan sendiri sudah banyak dikenal oleh orang Indonesia sejak zaman dibawah pemerintahan kolonial Belanda. Katakan surat kabar yang terkenal dan beredar di Batavia seperti Nieuwsblad menjadi media iklan. Walaupun kebanyakan berita dalam Nieuwsblad berisi kabar tentang perdagangan melalui kapal dan kotak muatannya, iklan juga terselip didalamnya. Penggunaan Iklan terus belanjut hingga masa pasca proklamasi kemerdekaan. Pada masa revolusi penggunaan surat kabar sebagai media penampai pesan menjadi sebuah sarana efektif dalam menyebarkan kabar dan membangkitkan semangat nasionalisme. Propaganda dalam surat kabar menjadi sangat banyak beredar. Sayang sekali pemerintah tidak punya banyak waktu untuk menyimpan berbagai surat kabar masa revolusi dikarenakan kondisi yang memang sulit dimungkinkan. Salah satu yang banyak beredar selain propaganda dalam surat kabar adalah iklan. Iklan yang banyak dimuat dalam berbagai media di Indonesia pada masa ini adalah iklan film. Gimana ya iklan film pada masa revolusi Indonesia?

  1. Berita Indonesia dan Merdeka menjadi media yang paling banyak beredar

Kalau kalian bertanya ada atau nggak tentang media yang berani beredar di masa Revolusi jawabannya ada. Media itu adalah Berita Indonesia dan Merdeka. Kedua surat kabar ini menjadi media yang mengabarkan bebagai hal yang ada pada masa revolusi. Surat kabar ini juga yang menjadi surat kabar yang banyak memuat iklan. Iklan-iklan yang berada di surat kabar ini kebanyakan adalah iklan hiburan. Salah satu yang menjadi iklan tentang hiburan yang banyak dimuat dalam surat kabar ini adalah tentang film. Film sudah lama menjadi konsumsi masyarakat. Merdeka memuat iklan berbagai film kurang lebih seperti yang biasa kita lihat dikoran-koran saat ini. Iklan film di dalam koran merdeka dan nberita Indonesia ini memiliki jam dan hari tayang. Cara penyampaian dengan gaya yang luwes dan bersifat persuasi bagi para pembacanya juga untuk merasa penasaran dengan film yang diputar. Iklan menjadi media yang menguntungkan bagi industri film karena kelebihannya untuk menjangkau pasar yang lebih luas dibanding media lainnya.

  1. Media audio kurang diminati

Iklan-iklan yang ada pada masa revolusi biasanya ada pada media cetak dibanding media audio. Pada masa revolusi hanya sedikit masyarakat yang bisa dijangkau melalui media seperti radio. Biasanya masyarakat yang ingin mengetahui berita terbaru saat itu akan membaca surat kabar. Setiap masyarakat memiliki surat kabar andalannya masing-masing sehingga media cetak pada masa itu memainkan perang penting. Secara politik peran media cetak sangat penting bagi propaganda dan informasi kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang sedang terjadi terhadap negara dan tokoh nasional. Secara ekonomi media cetak juga memainkan peran penting dalam menyebarluaskan sebuah produk, jasa dan hiburan. Salah satu iklan yang pada msa itu banyak dimuat adalah tentang film. Bagi sebagian besar masyarakat pada saat itu, film merupakan sebuah cara bagi mereka untuk sejenak keluar dari masalah-masalah dunia yang menimpa mereka. Mereka yang lelah dengan kondisi ekonomi dan politik pada masa itu mencari pelarian dengan nonton film. Pada masa itu menonton film menjadi sebuah hiburan yang masih terjangkau bagi sebagian masyarakat Indonesia. Radio tidak banyak memuat iklan karena kurang diminati terlebih karena pasar yang ada pada radio tidak seluas media cetak pada saat itu. Sebagian besar masyarakat Indonesia juga belum banyak yang memiliki radio.

  1. Iklan Film sudah lama ada di Indonesia

Walaupun pada masa revolusi iklan film banyak dijumpai, faktanya iklan film sudah lama ada di Indonesia. Salah satu sejarah iklan film pertama yang muncul di Indonesia adalah pada tahun 1900. Iklan film tersebut muncul pada surat kabar harian Bintang Betawi. Iklan yang ada di surat kabar tersebut tidak memberikan judul film yang akan di putar dan menempatkan kepada waktu film diputar, tempat film diputar, dan harga kursi yang terbagi dari golongan kelas 1 dengan harga 2 gulden, kelas 2 dengan harga 1 gulden dan kelas 3 dengan harga 0,50 gulden. Masyarakat pribumi pada waktu itu belum merasa tergugah untuk mengadakan sebuah produksi film khas masyarakat pribumi sendiri. Orang pertama yang berinisiatif untuk mengadakan sebuah film yang bersumber dari cerita rakyat orang pribumi bukanlah orang pribumi itu sendiri. 2 orang berkebangsaan asing yang memiliki ide untuk membuat cerita rakyat orang pribumi di produksi dalam bentuk film. Heuveldolp dan Kruger merupakan orang berkebangsaan Belanda dan Jerman yang memiliki ide tersebut. Pada tahun 1926 akhirnya ada film yang berasal dari cerita rakyat pribumi berjudul Loetoeng Kasaroeng. Film tersebut merupakan film pertama yang dibintangi oleh orang pribumi dan secara gak langsung mengajarkan masyarakat pribumi dalam dunia industri film. Adanya film ini menjadi sebuah wadah dan inspirasi bagi masyarakat pribumi untuk berkarya dalam bidang seni perfilman. Perkembangan film pada produksinya dikuasai oleh orang-orang asing. Salah satunya adalah Kruger yang sejak tahun 1928-1930 sangat aktif dengan setiap tahunnya menghasilkan film-film dengan aktornya orang-orang pribumi dengan judul-judul bahasa Indonesia. Katakan seperti Bang Amat Tangkap Kodok atau film lainnya yang berjudul Rampok Preanger yang muncul pada tahun 1928 dan 1930 yang menggunakan judul bahasa Indonesia diiklankan dalam berbagai surat kabar.

  1. Iklan Film Sempat Berhenti Muncul

Media pemberitaan sempat mengalami masa genting yang akibatnya memotong segala pembahasan aktivitas yang ikut berhenti sejak Indonesia masuk kemasa revolusi. Salah satu aktivitas yang berhenti pada masa ini adalah industri hiburan di Jakarta. Industri hiburan mengalami penurunan aktivitas dan salah satu yang mengalami adalah film. Film menjadi komoditas dibidang hiburan yang mengalami penurunan sejak Indonesia memasuki masa revolusi. Surat kabar Berita Indonesia pada waktu itu berhenti memuat iklan film sejak Oktober 1945 sebelum akhirnya dimuat kembali pada September 1946. Hal ini tidak berarti Iklan film berhenti muncul sepenuhnya hanya saja intensitasnya yang berkurang. Penurunan ini karena banyaknya bioskop yang ada pada saat itu tutup berbarengan dengan tidak stabilnya kondisi keamanan nasional. Waktu yang dibutuhkan oleh Industri film memang tidak lama untuk bangkit kembali. Setahun kemudian sejak oktober 1945, Industri film mulai terdengar gaungnya kembali. Hal ini ditandai dengan mulai dibukannya beberapa bioskop kembali serta banyaknya Iklan film yang muncul.  Pada Maret 1946 hanya ada 21 buah iklan saja yang muncul dan iklan tersebut tertera pada surat kabar Merdeka. Tidak banyak iklan lainnya yang ditemukan yang mempromosikan sebuah film pada masa revolusi selain surat kabar Merdeka. Atau mungkin ada tapi saya gak nemu aja. Fakta Iklan film pada Surat Kabar Indonesia pada Masa Revolusi di Jakarta

  1. Iklan Film Tiongkok menguasai pasar

Gak selalu film barat yang menjadi andalan orang-orang atau menjadi film favorit. Film Tiongkok pada masa revolusi juga menjadi film yang menjadi favorit banyak orang di Jakarta pada masa revolusi. Sejak surat kabar merdeka beredar sudah lebih dari 20 film Tiongkok yang dipasang iklannya. Banyak banget memang iklan film tiongkok bahkan mengalahkan film barat yang banyak beredar juga pada masa ini. Salah satu yang menjadikan film Tiongkok merajalela di kota Jakarta dan iklan-iklan film di surat kabar adalah para penikmatnya yang juga banyak. Film Tiongkok menjadi salah satu film yang disukai oleh masyarakat pribumi maupun masyarakat asing lainnya. Selain banyaknya penikmat film Tiongok di Jakarta, Film Tiongkok memiliki pengaruh besar karena pemilik bioskop di Jakarta pada umumnya adalah orang Tiongkok. Orang-orang Tiongkok ini juga merupakan orang-orang yang memang sejak zaman kolonial juga berpengaruh terutama dalam sektor perdagangan. Film sebagai komoditas dagang yang memiliki banyak penikmat juga menjadi salah satu alasan orang-orang Tiongkok menguasainya. Promosi Film Tiongkok juga tergolong bagus melalui berbagai surat kabar dan berupa iklan pengumuman maupun iklan dengan gambar (Display-non display). Terbitnya iklan ini membuat masyarakat pribumi semakin familiar dari waktu ke waktu dengan film Tiongkok. Film memang menjadi barang dagang yang menguntungkan dan terus berkembang sejak masa revolusi. Sebut saja film Tao Hao See Sie , film ini diputar di 7 bioskop dan akhirnya karena banyak peminat di putar ulang di salah satu bioskop di Jakarta pada akhir tahun 1945. Film Tiongkok semacam ini banyak sekali mendapat sambutan positif dan merupakan sebuah film yang kemudian menjadi familiar di dalam masyarakat sebagai salah satu genre hiburan didalam film. Adanya genre ini kemudian membuat masyarakat memiliki pilihan selain film-film karya barat yang ada pada masa itu.

  1. Film barat tidak banyak diputar

Nggak banyak film barat diputar di bioskop pada masa revolusi. Berbeda banget dari masa sekarang yang sebagian besar film yang ada di boskop dan mendapat apresiasi lebih adalah film-film dari barat. Salah satunya rumah produksi film terbesar seperti hollywood mengeluarkan banyak film berkelas dunia dengan penikmat yang fanatik diseluruh dunia. Kondisi seperti sekarang ini gak akan ditemukan oleh kalian kalau kalian ada di masa revolusi. Bukan berarti nggak ada film barat yang diputar di bioskop-bioskop pada masa revolusi tapi memang jarang atau bahkan hanya satu sampai dua kali saja sebuah bioskop menampilkan film barat dan memutarnya. Sebagian besar memang film dari Indonesia sendiri yang banyak diputar. Film barat yang diputar di bioskop pada masa itu terdiri dari 2 jenis. Ada film kartun dan film novel sebagai pilihan bagi masyarakat yang ingin menikmati film barat. Film perang juga menjadi sebuah film yang laku diperjualkan, sebagian besar film perang pada masa itu dikuasai oleh film barat walaupun ada juga film Tiongkok yang juga memiliki genre perang dalam film yang mereka buat. Pada Desember 1945 film barat hanya diputar 2 kali dan pada januari 1946 film barat juga hanya diputar dua kali di sebuah bioskop bernama bioskop Sampoerna. Fakta Iklan film pada Surat Kabar Indonesia pada Masa Revolusi di Jakarta

  1. Iklan Film menjadi bukti perubahan nama bioskop

Kalau kalian tahu sebenarnya terdapat banyak iklan film dengan alamat bioskop yang sama namun nama bioskopnya berubah-berubah. Bukan karena ada banyak bioskop di alamat yang sama tapi karena memang nama bioskop sering berubah-berubah. Perubahan nama bioskop ini dikarenakan kondisi negara yang berubah berubah pula. Pada masa Hindia Belanda nama bioskop dinamakan sesuai dengan minat orang eropa. Banyak nama bioskop bernama eropa bermunculan pada masa Hindia Belanda. Pada masa kemerdekaan pasca proklamasi banyak nama bioskop berubah menjadi nama-nama Indonesia. Tujuan dari diubahnya nama tersebut adalah agar sesuai dengan jiwa zamannya terlebih pemerintah Indonesia saat itu sedang membersihkan unsur asing dari wilayah kekuasaannya. Pada saat masa revolusi banyak nama bioskop berubah lagi menggunakan bahasa asing untuk menarik perhatian para orang asing yang datang ke Indonesia. Nama-nama bioskop seperti Cinema Palace yang awalnya bernama bioskop Sinar, Deca Park yang awalnya bernama bioskop Bahagia, Centrale yang awalnya bernama bioskop Santosa. Nama-nama yang berubah ini bisa dilihat di iklan-iklan bioskop pada masa itu. Fakta Iklan film pada Surat Kabar Indonesia pada Masa Revolusi di Jakarta

 

 

One thought on “7 Fakta Iklan film pada Surat Kabar Indonesia pada Masa Revolusi di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *