7 Fakta Tentang Pembangunan Kereta Api Dimasa Penjajahan Belanda

Fakta Tentang Pembangunan Kereta Api Dimasa Penjajahan Belanda

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia meningkat. Mulai dari kebutuhan sederhana seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal kemudian bertambah menjadi kebutuhan untuk berpindah tempat. Berbagai macam teknologi yang mengikuti perkembangan zaman diciptakan untuk mempermudah manusia melakukan segala aktivitas. Mulai dari teknologi berupa alat untuk bertahan hidup seperti pisau dan panah hingga alat untuk berpindah tempat yang dikenal sebagai transportasi. Seiring kebutuhan manusia untuk berpindah tempat menjadi sebuah kebutuhan yang diprioritaskan, transportasi mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Pada awalnya manusia menggunakan kuda sebagai alat transportasi namun bagi manusia kemudian kuda dinilai kurang bisa memenuhi kebutuhan dari kecepatan yang manusia inginkan. Manusia kemudian mengembangkan transportasi yang bisa bergerak dengan cepat dengan kapasitas yang besar dan akhirnya munculah kereta api. Kereta api di beberapa negara seperti Amerika dan Australia merupakan sebuah alat transportasi yang penting untuk menyatukan daerah daratan terlebih untuk perekonomian dan militer. Peran kereta api pun di Hindia Belanda tidak kalah penting untuk masyarakat dan terlebih pemerintah kolonial yang saat itu berkuasa.  Jadi buat anak-anak kereta (angker) yang udah sering banget naik kereta jangan sampe gatau nih gimana sejarahnya kereta api di Indonesia itu berkembang. Berikut adalah fakta tentang kereta api dimasa penjajahan Belanda

  1. Jalur pertama kereta api bukan di Batavia

Buat anak-anak kereta yang kalau kerja dan kuliah ataupun jalan-jalan selalu naik krl kemana-mana, sambil bengong nunggu sampe di stasiun tujuan pasti pernah bertanya-tanya sebenernya kereta di Indonesia pertama kali ada dimana sih? Kalau kalian tau, rel kereta antara Jakarta-Bogor walaupun menjadi tempat yang paling sibuk saat ini bukan jadi rel kereta yang pertama dibikin di Indonesia. Walaupun dulu pemerintah kolonial berpusat kegiatan administratif dan bisnis ada di Batavia namun pengadaan rel kereta pertama kali ada di Semarang sampai Yogyakarta. Pembangunan jalur kereta antara Semarang dan Yogyakarta ini berdasarkan perintah raja atau dikenal dengan Koninklijk Besluit nomor 207. Pembangunan ini dilakukan untuk mengembangkan wilayah Semarang dan Yogyakarta terlebih untuk mengangkut hasil bumi dan distribusi militer Belanda.efek dari pembangunan jalur kereta antara kedua kota tersebut bahkan dirasakan sampai ke Batavia. Penambahan jumlah hasil bumi yang disetorkan kepada pihak pemerintah kolonial menjadi sebuah tanda keberhasilan pembangunan jalur kereta sebagai sebuah roda penggerak perekonomian rakyat disekitarnya. Hasil bumi yang melimpah dari pembangunan jalur kereta ini di antara kedua kota tersebut adalah tebu dan tembakau. Pembangunan ini juga mempercepat pembangunan wilayah Hindia Belanda secara keseluruhan.

  1. Pembuatan Jalur Kereta Api Batavia Tidak Dibuat Hanya Oleh Pemerintah Kolonial

Jika kalian berpikir kalau pembuatan jalur kereta api dibuat oleh pemerintah kolonial sebenarnya nggak juga. Pemerintah kolonial sebenarnya hanya membantu memperkenalkan dan memsubsidi pembangunan jalur kereta api Batavia. Perkembangan rel kereta api di Hindia Belanda sejalan dengan perkembangan roda perekonomian di wilayah yang dilintasi pembuatan rel kereta. Pembuatan rel kereta api di Batavia dibuat oleh beberapa perusahaan. 2 diantara perusahaan yang membuat rel kereta api adalah Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dan Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOSM). NISM membuat lintasan dari Batavia ke Buitenzorg atau yang sekarang kita kenal sebagai jalur krl Jakarta sampai ke Bogor. Jalur tersebut dibuat pada 1871-1873 dan mempunyai tujuan menyambungkan wilayah-wilayah yang ada diantara Batavia dan Buitenzorg. Pengaruh pembuatan jalur kereta ini sangat signifikan bagi pengangkutan hasil bumi dari wilayah Bogor yang terkenal dengan hasil buminya terutama komoditi seperti teh. Jadi buat kalian yang suka minum teh sebenernya negara juga gak kalah sama negara-negara penghasil teh lainnya. Wilayah puncak Bogor menjadi contoh tempat penanaman teh yang hasilnya mampu di ekspor oleh NISM untuk pemenuhan kebutuhan kolonial dan dunia.

  1. Membantu Tanam Paksa

Kalau kalian tau sebenernya pembuatan rel kereta api di Hindia Belanda itu bukan tanpa sebab atau hanya ingin membangun daerah jajahan. Pemerintah kolonial selalu memiliki alasan yang besar terlebih dalam hal ekonomi. Salah satu kebijakan yang paling familiar dari pemerintah kolonial dalam buku sejarah adalah tentang kebijakan tanam paksa.   Tahun 1830 pemerintah kolonial melakukan kebijakan tanam paksa sehingga pemerintah punya masalah selain dengan sumber daya manusia untuk mengontrol para petani adalah masalah tentang pengangkutan hasil panen yang hanya bisa diambil bertahap pada awalnya karena tidak ada transportasi darat dengan kapasitas besar dan cepat yang bisa membawa seluruh hasil panen. Pembangunan rel kereta api membuat pengankutan menggunakan kereta menjadi lebih mudah dan cepat sehingga hasil panen dapat langsung sampai ke pelabuhan-pelabuhan di Batavia dan diekspor keseluruh penjuru dunia sesuai dengan kebutuhan. Hal ini membebani para petani pribumi karena harus memproduksi hasil panen lebih banyak lagi untuk diangkut. Langkah pembuatan rel kereta oleh NISM sangat efektif menekan waktu yang terbuang dan peningkatan jumlah transaksi hasil bumi yang bisa disediakan dari daerah Hindia Belanda. Fakta Tentang Pembangunan Kereta Api Dimasa Penjajahan Belanda

Baca juga : Sepuluh Gedung Tertinggi di Dunia

  1. Pemenuhan tuntutan politik

Pada dasaranya selain faktor ekonomi, pembuatan jalur kereta api pada masa itu tidak lepas dari faktor-faktor lainnya. Slaah satu faktor yang penting apalagi kalau bukan faktor politik. Daendles saat itu ditugaskan oleh Pemerintah Belanda untuk memperbaiki tata kota dan kesehatan kota. Salah satu yang dilakukannya adalah dengan membuat kota menjadi terpusat si tanah yang lebih jauh dari rawa dan lebih tinggi yaitu Weltevreden yang sekarang kita kenal dengan daerah Jakarta Pusat. Selain mengurusi pembangunan kota Batavia, pembangunan juga melingkupi daerah sekitarnya. Daerah yang menjadi fokus pembangunan adalah tempat beristirahat Gubernur Jenderal di Buitenzorg atau Bogor. Pembangunan tersebut membuat Bogor memiliki berbagai fasilitas seperti departemen pendidikan dan pusat administratif. Pembangunan ini dilakukan agar terjadi keseimbangan antar kota dalam hal pengembangan kota. Masalah yang terjadi berikutnya adalah tentang akses. Akses dari Batavia ke Buitenzorg saat itu harus memungkinkan untuk sampai dengan cepat karena adanya pusat administratif dan departemen pendidikan. Akhirnya salah satu cara untuk menguasai wilayah tersebut secara utuh dalam hal akses mulai dibangun rel kereta api. Pembangunan rel kereta api ini membuat janji politik Daendles di Hindia Belanda terpenuhi. Gubernur Jenderal setelah Daendles juga meneruskan pembangunan di wilayah sekitar rel kereta api. Pembangunan tahap 3 menghubungkan wilayah Buitenzorg dengan Meester Cornelis Passer atau yang kalian sekarang kenal dengan nama Margonda atau Depok. Pembangunan ini membuat perluasan jangkauan pasar bagi pemerintah kolonial.

  1. Pemerintah kolonial juga punya PT KAI

Maksudnya bukan PT KAI kaya yang sekarang ada di Indonesia ya cuy. Berbeda dengan PT KAI yang sekarang, pemerintah kolonial punya perusahaan sendiri untuk mengurusi pembangunan jalur kereta api di wilayah Hindia Belanda. Walaupun awalnya pemerintah kolonial pelit banget buat ngeluarin modalnya untuk pembangunan di wilayah jajahannya terlebih di Hindia Belanda, pemerintah kolonial akhirnya luluh juga pas tau NISM meraup untung yang sangat luar biasa banyak dari pembangunan rel kereta api di daerah Batavia. Pembangunan rel kereta api kemudian menjadi tren buat pemerintah kolonial untuk menghubungkan satu daerah dengan-daerah lainnya. Akhirnya dari yang awalnya menggunakan perusahaan swasta buat nyuruh pembangunan rel kereta api sekarang buat BUMN sendiri deh. Perusahaan milik pemerintah kolonial yang mengurusi tentang kereta api dinamakan Staatsspoorwegen (SS). Perusahaan ini membuat rel kereta api diluar wilayah Batavia. Ya gunanya sih buat neken budget pemerintah biar ga keluar banyak-banyak banget dibanding harus bikin perjanjian sama perusahaan swasta terus kalo mau bikin rel kereta api. Padahal pemerintah kolonial punya dana yang lebih tuh dari hasil tanam paksa tapi masih aja pelit banget buat bikin-bikin fasilitas. Fakta Tentang Pembangunan Kereta Api Dimasa Penjajahan Belanda

  1. Stasiun Pertama di Batavia adalah Museum Sejarah

Kalau kalian mau nyari tempat yang menjadi stasiun pertama di Batavia kalian gak akan menemukan semudah itu atau mungkin gak akan pernah sadar apa yang sebenernya kalian cari. Alasan kalian gak akan nemuin adalah karena saat kalian mencoba menemukan, tempat tersebut udah gak berbentuk stasiun lagi. Stasiun pertama di Batavia sekarang bisa kita lihat dalam bentuk museum . Kalau kalian bingung museum yang mana, jawabannya adalah Museum Sejarah Jakarta yang kalian familiar dengar dengan nama Museum Fatahilah. Sebenernya yang bener namanya adalah Museum Sejarah Jakarta ya temen-temen, Fatahilah adalah nama taman di depan Museumnya. Sekilas kalian mungkin gaka akan percaya tapi berdasarkan dokumen sejarah sejak 1913, tempat yang sekarang kita kenal sebagai Museum Sejarah Jakarta adalah Batavia Noord. Jadi kalian bisa bayangin deh tata letak kota Batavia pada zaman itu memang mirip-mirip kota di eropa yang punya stasiun ditengah kota. Ya kaya kota Amsterdam di Belanda juga lah. Kalian yang suka main game perang macem sniper elite atau Call of Duty harusnya sih familiar sama bentuk kota dengan stasiun di tengah kota. Nah pertanyaannya kenapa dinamakan Batavia Noord? Kata Noord dalam bahasa Indonesia berarti Utara. Jadi udah relevan nih dari nama stasiun dengan letaknya yang ada di Utara Batavia sehingga namanya Batavia Noord. Walaupun letaknya ada di tengah pusat administratif, Stasiun ini tidak dikelola oleh SS namun dikelola oleh NISM sebagai perusahaan swasta yang membangun stasiun tersebut.

  1. Stasiun Jakarta Kota Bukan Prioritas

Siapa disini yang gak familiar dengan stasiun Jakarta Kota yang menjadi stasiun yang ada di Jakarta Utara dekat dengan Museum Sejarah Jakarta. Arsitektur kuno khas Belanda masih bisa dilihat di stasiun tersebut. Stasiun Jakarta Kota merupakan stasiun yang memiliki nama Stasiun Batavia Kota pada masa penjajahan Belanda di Indonesia. Pemerintah kolonial pada saat itu tidak memprioritaskan pembangunan stasiun ini. Pada tahun 1926 stasiun tersebut baru dibangun dan memiliki 12 jalur yang menghubungkan berbagai termpat. Kebutuhan ini muncul setelah diperlukan banyak stasiun yang mengangkut barang untuk meingkatnya laju perekonomian. Salah satu tujuan yang ada dari stasiun ini adalah menuju Merak. Tujuan Merak biasa digunakan untuk perdagangan menuju pelabuhan yang kemudian diantar melalu kapal-kapal laut. Bandung dan Surabaya juga merupakan destinasi yang tersedia dari stasiun ini. Walaupun pembangunan stasiun ini baru pada 1926, rencana pembangunan stasiun ini sebenarnya sudah dimulai 11 tahun sebelumnya, tepatnya pada 1915. Pemerintah kolonial tidak melakukan pembangunantersebut pada 1915 karena banyaknya perseteruan dalam pembiayaan pembangunan stasiun tersebut. Memang Belanda itu pelit banget buat keluar modal utnuk wilayah jajahannya.

Photo by Roland Lösslein on Unsplash

2 thoughts on “7 Fakta Tentang Pembangunan Kereta Api Dimasa Penjajahan Belanda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *