Bahasa

Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Interpreter

Taukah kalian apa itu penerjemah? Yaitu orang yang menerjemahkan suatu bahasa ke bahasa lainnya agar mudah di mengerti orang lain. Penerjemah sendiri terbagi menjadi 2 yaitu penerjemah tulisan (translator) yang hanya menerjemahkan tulisan/ teks dalam suatu dokumen dan penerjemah lisan (interpreter) yang menerjemahkan secara lisan. Penerjemah lisan biasanya lebih memerlukan banyak konsentrasi dan keahlian bahasa yang akan diterjemahkan.

Perlu diketahui bahwa penerjemahan secara lisan bukanlah hal yang mudah dilakukan, karena pada saat itu juga kita harus menerjemahkan suatu bahasa, tanpa bisa bolak-balik melihat kamus atau bahkan bertanya pada orang lain. Karena waktu untuk menerjemahkannya sangatlah pendek, penerjemah lisan mendengar perkataan dari narasumber dengan seksama, lalu kemudian pada saat itu juga memproses terjemahannya dalam kepala mereka dan mengatakannya kepada orang yang membutuhkan terjemahan. Karena itu biasanya penghasilan yang didapatkan penerjemah lisan jauh lebih besar dibanding penghasilan penerjemah tulisan.

Hal itu terkait dengan kesulitan dalam hal waktu penerjemahan dan kecepatan si narasumber dalam berbicara. Itulah mengapa penerjemahan secara lisan sangat sulit dilakukan. Bahkan jika berdasarkan banyaknya bahasa yang diterjemahkan, penerjemah tulisan tentu masih bisa melakukan penerjemahan dengan baik, karena waktu yang diberikan lebih lama dan tidak dilakukan pada detik itu juga.

Seorang penerjemah lisan yang terlalu lama dalam menerjemahkan suatu bahasa dari narasumbernya akan menimbulkan kegelisahan bagi si narasumber, karena kata-kata yang keluar atau penjelasan yang harusnya langsung sampai ke audience malah tersendat. Apalagi jika si penerjemah lisan ini salah menerjemahkan suatu perkataan si narasumber. Akan timbul ketidakpercayaan si narasumber pada penerjemah. Ia dianggap tidak professional dan kurang mumpuni serta tidak bertanggung jawab.

Baca juga : Bahasa burung adalah bahasa manusia ?

Berbeda dengan penerjemah tulisan atau translator yang tentu saja jika berbuat kesalahan tulisan akan bisa langsung diperbaiki atau di edit. Karena tulisan masih bisa dilihat kembali dan dapat dicari bagian mana yang salah dan perlu diperbaiki. Untuk lebih jelasnya bagaimana bentuk terjemahan tulisan dan lisan. Berikut ini adalah penjelasannya.

Pernah ngga kita melihat tulisan di bawah layar film yang merupakan bentuk terjemahan dari bahasa yang digunakan dalam film tersebut. Nah, tulisan itu adalah subtitle. Kita kupas dulu mengenai subtitle ini. Kalian yang pernah nonton film melalui DVD pasti tau kalau jika ingin mengganti bahasa lainnya menjadi bahasa Indonesia, kita perlu mengganti subtitle terlebih dahulu. Sedangkan kalau kita nonton film di Bioskop kita hanya perlu menonton saja tanpa perlu mengganti subtitle, karena memang sudah langsung ada bahasa Indonesianya. Lain lagi dengan ketika nonton drama korea atau film yang ada di laptop. Ada yang sudah langsung diterjemahkan ke bahasa Indonesia atau kita perlu memasukan bahasa Indonesia dahulu ke dalam filmnya karena film dan transletnya terpisah.

Pertanyaannya siapa yang translet semua bahasa tersebut?

Kalian pasti bertanya-tanya atau mungkin kagum sama orang-orang dibalik layar dengan kemampuan bahasanya itu mampu membuat terjemahan yang segitu banyak dan pastinya sulit. Kita saja yang kalau di suruh terjemahin sesuatu itu pakai aplikasi atau lihat kamus, butuh waktu yang sangat lama atau bisa dibilang ngga terlalu akurat. Gimana dengan mereka yang mampu menerjemahkan suatu bahasa di film yang berdurasi ngga sebentar ini ke dalam bahasa Indonesia dengan akurat. Apalagi kalau itu drama Korea, ngga kebayang gimana mereka menerjemahkan setiap bahasa Korea di setiap episodenya, yang setiap satu episode saja bisa banyak banget kalimat yang harus diterjemahkan.

Sebenarnya bukan berarti si translator ini ngga pakai aplikasi atau kamus sih ya, mereka juga mungkin menggunakan aplikasi penerjemah sebut saja di antaranya Google Translate, Microsoft Translator, atau Easy Language Translator. Tapi menggunakan alat tentu saja ngga akan sebagus terjemahan manusia ya, karena tingkat keakuratan belum tentu benar. Misalnya saja perkataan dalam bahasa Inggris di film Harry Potter dan ekspresi yang di tampilkan pemain di film harus selaras. Terjemahan harus mendeskripsikan atau menginterpretasikan kata-kata yang dilontarkan si pemain film tanpa menghilangkan bagian-bagian penting dari percakapan tersebut. Selain itu tidak boleh terlalu panjang atau terlalu pendek, intinya harus sesuai dan cocok dengan adegan percakapan di film tersebut.

Sebagai contoh kalau kalian sering nonton film yang ada tulisan di terjemahkan oleh “Lebah Ganteng” atau “Pein Akatsuki” atau penerjemah lainnya. Nah, itu lah mereka yang ada di balik layar terjemahan suatu film. Kita biasanya bisa melihat hasil kerja keras mereka dalam menerjemahkan suatu bahasa di beberapa film luar ke dalam bahasa Indonesia. Tentu saja masih banyak translator lainnya yang juga berbakat dalam hal penerjemahkan. Tapi kedua penerjemah inilah yang mungkin paling kita kenal kiprahnya. Untuk yang penasaran dengan sosok Lebah Ganteng dan Pein Akatsuki ini, kalian bisa cari tau di internet nih, tapi mungkin pemberitaan mengenai sosok mereka jarang banget atau sedikit yang bisa mengulas tentang siapa sebenarnya mereka. Bukan tanpa alasan sih, karena memamng mereka berdua sendiri yang ingin merahasiakan sosok mereka di balik julukan tersebut.

Setelah banyak membahas mengenai translator kita sekarang bahas mengenai penerjemah lisan atau Interpreter. Kalau translator kita punya nama-nama yang terkenal walaupun sosoknya ngga diketahui. Beda halnya dengan interpreter ini yang mungkin jarang banget terekspos oleh pemberitaan atau masyarakat luas. Dikarenakan bisa dibilang pekerjaan mereka biasanya secara private atau acara-acaranya berlangsung secara eksklusif, semisalnya acara kedutaan atau acara kenegaraan lainnya. Selain itu mereka tidak bekerja tetap di satu narasumber, hal lainnya karena kurangnya pemberitaan yang mengulas mengenai interpreter ini. Biasanya interpreter ini bisa juga berada dalam suatu agensi atau perusahaan yang memang menyediakan layanan penerjemah.

Jika hanya sekedar penerjemah artis-artis yang datang ke Indonesia baik itu untuk konser atau fan signing dan hanya menggunakan bahasa Inggris. Biasanya salah satu stasiun televisi swasta hanya akan menggunakan artis atau presenter Indonesia yang melakukan tugas tersebut. Namun, jika di luar bahasa Inggris mereka akan menggunakan layanan penerjemah. Mungkin kalau kamu sering lihat belakangan ini sering muncul sosok Lee jeong hoon yang merupakan mantan boyband yang sekarang menjadi presenter. Ia sering kali di minta salah satu stasiun tv swasta untuk menjadi interpreter beberapa boyband girlband Korea yang datang ke Indonesia dalam sebuah acara. Kalau ditanya bagaimana kemampuannya, ya ngga perlu diragukan lagi. Dia adalah orang Korea asli yang memang lahir di Seoul, Korea Selatan. Kedatangannya ke Indonesia yang di kenal terlebih dahulu sebagai boyband Indonesia ini bisa dibilang cepat banget untuk bisa berbahasa Indonesia dengan lancar, walaupun mungkin aksennya Koreanya masih ada.

Bagi kamu yang ngerasa bahwa harus memiliki kemampuan sebaik Lee Jeong hoon dalam menerjemahkan bahasa Korea. Ngga juga kok, asal ada niat buat belajar dan sungguh-sungguh, kamu pastu juga dengan cepat bisa bahasa Korea. Jika kamu udah bisa bahasa Korea setaraf Lee ini kamu bisa loh jadi interpreter bagi artis-artis Korea yang ke Indonesia, jadi bisa ketemu dengan idol-idol Korea dan bahkan bisa ngobrol bareng mereka.

Di dunia entertainment, khususnya yang berkaitan dengan K-pop, nama Oktiya Haniarti memang cukup familier. Hampir dalam setiap acara yang mendatangkan selebriti Korea dan membutuhkan jasa penerjemah gadis 25 tahun itu. Sejumlah penyelenggara acara pernah memanfaatkan kemahiran bahasa Korea Okti. Sebut saja konser Super Junior (Suju) Show 4, SM Town, 2PM, Lee Min Ho, Running Man, temu fans dengan Park Ji-sung, CNBlue, Ukiss, dan banyak lagi. Bahasa Korea Okti memang tidak diragukan lagi. Lahir dan besar di Seoul (mengikuti orang tua yang saat itu menjadi staf di Kedubes RI di ibu kota Korea tersebut) membuat Okti terbiasa dengan bahasa Korea. Namun, terjun di dunia interpreter sama sekali tidak pernah terbayang dalam diri gadis keturunan Sunda-Jawa itu.

Tapi, dia tak menampik bahwa beberapa kali keberuntungan menghampiri dirinya. Keberuntungan yang tentu sangat diharapkan K-popers. Misalnya saat acara 2PM Go Crazy. Okti dapat berbicara langsung dengan para anggota 2PM. Sebab, itu bukan kali pertama dia menangani mereka. Sebelumnya, dia juga menjadi penerjemah 2PM dalam konser Hands Up 2012. Dengan ragu-ragu, Okti memberanikan diri untuk bertanya apakah mereka ingat kepadanya. “Nichkhun yang pertama inget aku. He he he,” ujarnya senang. Selain Nichkhun, Okti juga dapat berbincang dengan Chansung. Bahkan, dia sempat berfoto bareng dengan maknae (member termuda) 2PM itu.

Keberuntungan lain dia rasakan saat menjadi interpreter dalam SS5. Saat itu Okti berkesempatan menemani salah satu media televisi untuk melakukan wawancara khusus. Dia mendapat kesempatan berinteraksi lebih dengan para member Suju daripada saat di atas panggung. Yang paling dia ingat, kala itu Kangin, member Suju, bertanya kepadanya. Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

“Siapa member yang paling kamu senangi?” ujar Okti, menirukan ucapan Kangin. Dengan polos, Okti mengaku menyukai Kyuhyun. Dengan nada bercanda, Kangin pun melontarkan protes kepadanya. “Kok kamu gitu” Kan aku yang tanya. Seharusnya kamu bilang aku dong,” kenangnya, menirukan jawaban Kangin.

Dalam kesempatan yang sama, Okti sempat disapa mantan member SNSD dan Girls Generation Jessica Jung. Saat itu Jessica, yang masih menjadi member SNSD, turut menjadi pengisi acara. Setelah tampil, Jessica melihat sosok Okti yang tengah berada di belakang panggung. Dia secara spontan menyapanya. Meski tidak ingat nama Okti, Jessica mengaku tahu bahwa Okti adalah adik kelasnya di Korean Kent Foreign School, Seoul.

Wah iri banget kan sama cerita Okti yang bisa beruntung banget bertemu dengan artis-artis Korea tersebut. Bahkan ngga hanya bertemu, Okti bahkan bisa berbicara dan berfoto dengan mereka. Ia juga bisa dikenal sama idol-idol Korea itu karena seringnya bertemu sebagai penerjemah. Jadi ngga heran kan kalau kamu berusaha belajar bahasa Korea dengan susngguh-sungguh bukan ngga mungkin kamu juga bisa seperti Okti.

Kalau ingin melihat sosok seorang Interpreter ini, kamu bisa nonton film The Interpreter (2005) yang dibintangi aktris cantik Nicole Kidman. Dalam film itu, Kidman memerankan karakter Sylvia Broome, seorang interpreter alias juru bahasa untuk seorang presiden sebuah negara Afrika di markas PBB New York. Nicole di sini berperan sebagai Silvia Broome, berprofesi sebagai penerjemah bahasa “Ku” untuk PBB yang merupakan bahasa rakyat Matobo salah satu daerah di Afrika. Silvia Broome adalah wanita kulit putih yang sebenarnya memiliki darah Matobo dari orang tuanya karena ia dilahirkan dan dibesarkan di daerah tersebut. Dari film tersebut kita bisa belajar bagiamana kerja seorang Interpreter, ya walaupun banyak intrik dan konfilk dalam film tersebut. Namun, memang film yang mengambil profesi sebagai Interpreter sangat jarang sih. Jadi ini mungkin merupakan film yang paling kita kenal. Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Bicara mengenai sosok Nicole Kidman yang merupakan Interpreter PBB. Kita sebenarnya juga punya beberapa sosok Interpreter yang menaungi acara berskala besar. Mereka adalah Indra dan Fajar yang merupakan para juru bahasa profesional. Mereka menjelaskan bahwa profesi mereka sebagai interpreter bukanlah seperti penerjemah tulisan yang punya tenggat waktu longgar, bisa buka kamus, internet atau bertanya. Kami tak punya kemewahan itu,” papar Fajar. “Kami harus bekerja cepat, mendengarkan si narasumber lalu menyampaikan apa yang dikatakannya kepada pendengar,” lanjut Fajar. “Biasanya penyelenggara akan memberikan bahan bacaan satu atau dua hari sebelum acara dimulai agar kami cukup memahami apa yang akan disampaikan,” kata Indra.

Sehingga, sebelum memulai sebuah pekerjaan, para interpreter membutuhkan waktu untuk mempelajari materi yang akan disampaikan. Jadi tidak serta merta mereka langsung menerjemahkan si narasumber tanpa ada materi, bahan pertanyaan atau jawaban yang akan diucapkan oleh si narasumber dalam suatu acara. Selain itu menurut mereka profesi ini juga cocok untuk orang pelupa. Kenapa begitu? Karena pekerjaan ini memiliki kode etik dan aturan dimana segala sesuatunya adalah rahasia. Intinya penjelasan yang didapatkan audience baik itu masyarakat biasa atau wartawan hanya bisa dijelaskan oleh si narasumber. Tugas si penerjemah hanya menerjemahkan bahasa pada saat itu juga dan akan melupakan isi materinya setelah tugas mereka selesai. Artinya kita tidak boleh menyimpan materi terjemahan dan memberitahukan kepada orang lain, cukup untuk diri kita sendiri. Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Kita juga tidak boleh memotong pembicaraan si narasumber yang sedang berbicara. Harus tau kapan narasumber berhenti bicara dan lalu kita menjelaskan apa yang ia bicarakan. Jadi konsentrasi tinggi terhadap pembicaaran yang dilakukan narasumber sangat penting. Kita tidak boleh hilang fokus atau bahkan memikirkan hal lainnya, karena ini terkait kecepatan dan ketepatan dalam menerjemahkan.

Secara singkat untuk membedakan Translator dan interpreter yaitu terletak pada saat proses menerjemahkan. Seorang translator biasanya memiliki waktu kerja yang dapat disesuaikan sendiri. Translator identik dengan terjemahan yang berbentuk tulisan, contoh seperti novel, makalah, jurnal, tugas akhir, film, dan masih banyak lainnya, yang memerlukan waktu lumayan lama.

Sedangkan seorang interpreter bertugas menerjemahkan secara lisan atau langsung dengan ucapan mereka tanpa perlu menulisnya. Penerjemah lisan harus bisa mendengar perkataan dari seorang narasumber. Pada saat yang bersamaan mereka akan memproses terjemahannya, lalu mereka akan langsung mengucapkan artinya. Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Perbedaan lainnya yaitu tugas translator yang bekerja sendiri atau bersama sebuah tim yang bertugas dalam menterjemahkan suatu file, data maupun bahasa kedalam format yang diinginkan klien atau perusahaan dimana dia bekerja. Penerjemah terutama bekerja dengan hal hal bisnis, teknis, hukum dan bahan-bahan tertulis ilmiah termasuk surat-surat, laporan, artikel, buku dll. Selain itu pekerjaan mereka menggabungkan: Membaca & menterjemahkan dokumen, Menulis dan mengedit salinan, Mempersiapkan ringkasan, Konsultasi klien, dan Mengembangkan kontak dan menggunakan program komputer terjemahan.

Beda halnya dengan interpreter yang menerjemakan secara lisan atau langsung ucapan seorang dari Kedubes asing, menjadi mc sekaligus interpreter artis dari berbagai negara, wawancara dengan pemain dalam premier film asing. Jadi kalau interpreter kita bisa langsung ketemu si narasumbernya.

Berdasarkan kualifikasi dan pelatihan yang dibutuhkan oleh seorang translator atau interpreter itu sebenarnya tergantung sih. Misalnya saja ada yang membutuhkan penerjemah dengan Gelar bahasa biasanya persyaratan minimum akademik untuk masuk dalam bidang pekerjaan ini. Bidang keahlian, seperti pengetahuan ilmiah, teknis atau hukum juga dapat bermanfaat bagi si penerjemah. Tapi kalau pendidikan sebenarnya tidak harus yang latar belakang lulusan sastra sih. Kalau kemampuan berbahasa kita sangat baik dan dapat menggunakan bahasa yang diterjemahkan dengan lancar, serta memiliki pengalaman dibidang ini selama beberapa tahun. Maka kamu juga bisa coba kok kalau tertarik. Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Yang terakhir mengenai kemampuan yang dibutuhkan translator atau interpreter bisa dibilang hampir mirip, yaitu Pengetahuan umum yang baik, Fasih dalam bahasa tertentu (khususnya bahasa internasional yaitu bahasa inggris ) baik lisan dan tulisan, dan kefasihan dalam beberapa bahasa, setidaknya dua bahasa asing. Perbedaannya terletak di kemampuan untuk bekerja dengan tenggat waktu yang lebih sering dimiliki oleh interpreter daripada translator. Serta keterampilan IT yang lebih diwajibkan bagi translator ketimbang dengan interpreter.

Susah senangnya  dalam menjadi seorang translator atau interpreter pasti ada, tetapi semua itu akan berjalan seimbang dengan apa yang kita kerjaan kita juga mendapatkan bayaran yang lumayan banyak. Salah satu senangnya dalam menjadi seorang penerjemah aktif adalah anda bisa menjadi sesorang yang sangat percaya diri, karena anda hanya mengerti bahasanya dan juga anda dapat mengutarakan kepentingan dan juga kemauan si narasumber. Pastinya dia juga banyak yang akan merasa sangat berterima kasih dengan adanya pekerjaan penerjemah ini. Karena bisa mempermudah si narasumber dalam menjelaskan sesuatu dan mudah bagi kita untuk memahami suatu pembicaraan dari bahasa yang asing bagi kita.

Secara keseluruhan bisa kita pahami bahwa baik profesi Translator dan Interpreter itu sama-sama susah dan butuh kerja keras. Tinggal apakah pilihan ada di kita, apakah lebih suka jadi translator atau ingin jadi interpreter. Terlepas dari perbedaan peran dari translator dan interpreter, berprofesi menjadi juru bahasa merupakan sebuah pekerjaan yang menarik dan cukup menjanjikan dengan penghasilan yang lumayan. Intinya apapun pekerjaannya jika dilakukan dengan hati senang, meskipun dirasa lelah dan sulit dalam melakukan pekerjaan, tetapi akan bisa kita lalui dengan senyuman.

Referensi :

https://megapolitan.kompas.com/read/2016/11/12/15591621/.interpreter.profesi.paruh.waktu.dengan.penghasilan.puluhan.juta.rupiah?page=all

http://jobsinfopedia.blogspot.com/2016/05/pengertian-tugas-tanggung-jawab.html

https://www.terjemahinggrisindonesia.com/susah-senangnya-bekerja-sebagai-translator.html

https://kalteng.prokal.co/read/news/18436-oktiya-haniarti-berbagi-pengalaman-menjadi-translator-artis-artis-korea

https://www.vice.com/id_id/article/pgzp9b/pelajaran-menjadi-pribadi-berestetika-adiluhung

One thought on “Perbedaan Penerjemah Lisan dan Tulisan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *